Efek

WELCOME TO MGMP IPA GUGUS SUKARAJA SUKABUMI, BETTER EDUCATION THROUGH REFORMED MANAGEMENT AND UNIVERSAL TEACHER UPGRADING

Kamis, 23 Desember 2010

UJIAN NASIONAL 2011

Tahun 2011, Nilai Rapor Bisa Jadi Tiket Lulus Ujian

foto 
Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh. TEMPO/Yosep Arkian
TEMPO Interaktif, Jombang -  Menteri Pendidikan Nasional, Muhammad Nuh mengatakan, Sistem Ujian Akhir Nasional yang baru akan memperhitungkan nilai rapor kelas di bawahnya. " Kalau sebelumnya Ujian Nasional jadi satu-satunya syarat kelulusan, tahun depan tidak. Hasil ujian kelas juga dipakai mengukur kelulusan" kata Muhammad Nuh di Jombang, Selasa 7 Desember 2010.
Mendiknas mengingatkan, falsafah ujian nasional ke depan adalah komprehensif plus dan prinsip kontinuitas. Komprehensif menentukan kelulusan siswa. Adapun Departemen Pendidikan akan merangkul seluruh kompetensi dan prestasi siswa yang diajarkan disekolah; afektif, kognitif, dan psikomotorik mulai kelas satu hingga tiga, untuk tingkat SMP dan SMA.
" Adapun kontinyuitas berarti memperhatikan hasil  ujian dari jenjang  di bawahnya, karena jenjang itu saling berkaitan" ujarnya.

Karena itu, menurut Mendiknas, Diknas akan meredesain ulang Ujian Nasional tahun depan. Jika sebelumnya  hanya mata pelajaran yang diujikan di Ujian Nasional yang jadi prasyarat kelulusan, maka dalam sistem yang baru itu  diusulkan seluruh mata pelajaran juga turut jadi pertimbangan.  Draft sistem baru ujian itu  akan diajukan ke DPR, sebelum 13 Desember.
Mendiknas mencontohkan, dalam menentukan kelulusan siswa, rata-rata  sekolah yang statusnya akreditasi A, B, hingga C memberi nilai 7 dan 8 kepada siswanya. Tidak pernah ada sekolah yang memberi nilai 5 dan 6.”Kalau seperti itu, bagaimana cara membedakan siswa baik dan tidak, susah,” terangnya.

Karena itu, dalam penentuan kelulusan, Diknas akan menggabungkan antara prestasi selama siswa studi dengan  mata pelajaran yang diujikan di Ujian Nasional. Prestasi siswa dan hasil UNAS akan digabung, kemudian masing-masing diberi bobot nilai.

Prosentase nilai dari masing-masing dua intrumen itulah yang akan dijadikan tolak ukur kelulusan. Sekolah nanti juga akan dilibatkan dengan cara koordinasi mengenai penilaian siswa.
MUHAMMAD TAUFIK

Senin, 20 Desember 2010

ANALISIS KRITIS ARTIKEL KE 2

Oleh
Yuli Susanti, S.Pd
1. Ahira, Anne. 2008. Motivasi Belajar. http//www.asianbrain.com. Diakses tanggal 20 Okt ober  200
2. Tujuan Penulisan.
Menjelaskan faktor-faktor yang menimbulkan perbedaan motivasi belajar seseorang &
    Tips untuk meningkatkan motivasi belajar
3.  Fakta-fakta Unik
     a. Faktor-faktor mengapa terjadi perbedaan motivasi seseorang :

Perbedaan motivasi

Contoh
FisiologisHaus, lapar
Rasa amanMental, fisik, intelektual
Kasih sayangPerhatian, kepedulian
Harga diriPrestise, jabatan, kedudukan
AktualisasiPengembangan potensi, kemampuan

     b. Tips untuk meningkatkan motivasi

Tips-tips

Ulasan / Uraian
Bergaul dengan orang yang senang belajarSemangat dan kebiasaan mereka akan menular pada kita
Belajar apapun yang positifBelajar formal dan informal
Belajar dari internetBergaul dengan orang yang suka belajar
Bergaul dengan orang yang selalu optimisKita akan tertular semangat, gairah dan rasa optimis jika sering bersosialisasi dengan orang-orang tersebut
Cari motivatorTeman, pacar atau pasangan hidup

4.  Pertanyaan-pertanyaan yang dapat dimunculkan
a. Faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan perbedaan motivasi belajar setiap
   orang ?
b.Tips-tips apa sajakah yang dapat meningkatkan motivasi belajar ?
5.  Konsep utama     : Memahami    perbedaan   motivasi  setiap  orang dan tips-tips untuk
    meningkatkan motivasi belajar
6.  Refleksi    : Saya   ingin   menyampaikan   kepada   siswa  tips-tips untuk meningkatkan
    motivasi belajar

Selasa, 14 Desember 2010

ANALISIS KRITIS ARTIKEL KE -1

Oleh :
Yuli Susanti, S.Pd
1. Pakde Sofa, 21 Juni 2008, Pendekatan Discovery, Inquiry, dan STS dalam pembelajaran
Fisika. hhtp:pkab.wordpress.com.Diakses pada tanggal5 Nopember 2009
2. Tujuan Penelitian
Memperkenalkan macam-macam pendekatan dalam pembelajaran Fisika.
3. Fakta-fakta Unik.
a. Konsep Belajar
Bruner
Cara-cara bagaimana manusia memilih, memperkenalkan, mentransformasikan informasi secara aktif
Robert Gagne
Membagi tipe belajar ke dalam 8 jenis, yaitu problem solving, rule learning,concept learning, diskrimination learning, verbal learning, chaining, stimulus response learning dan signal learning
Piaget
Kemampuan anak menyesuaikan diri terhadap lingkungan, kemampuan anak mengubah untuk memenuhi apa yang ia imajinasikan
b. Pembelajaran Fisika
Praktek
Percobaan yang ditsmpilksn guru dan atau siswa dalam bentuk demonstrasi maupun percobaan dalam laboratorium
c. Macam-macam pendekatan
Ketrampilan proses
Dimulai dari observasi sampai meramal (ketrampilan dasar sains) dan dari identifikasi variabel sampai dengan yang paling kompleks (ketrampilan terpadu proses sains)
Discovery
Memerlukan proses mental, seperti mengamati, mengukur, menggolongkan, menduga, menjelaskan, mengambil kesimpulan
Inquiry
Siswa merumuskan masalah, mendesain eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data sampai mengambil keputusan sendiri
STS
Menekankan pada pemahaman terhadap konsep, melibatkan pemahaman siswa terhadap hasil produk teknologi yang terkait dan menfaatnya terhadap masyarakat
4. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat dimunculkan
a. Bagaimana menerapkan pendekatan discovery, Inquiry dan STS dalam pembelajran
fisika ?
b. Bagaimana membuat perangkat pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
Discovery, Inquiry dan STS dalam pembelajaran fisika ?
5. Konsep utama : Pendekatan Discovery, Inquiry dan STS dalam pembelajaran fisika
6. Refleksi : Saya ingin menerapkan proses pendekatan discovery, inquiry dan STS dalam
pembelajaran fisika di SMPN 1 kebonpedes

Case Study

Oleh
Drs. TATANG
MGMP IPA GUGUS SUKARAJA KAB. SUKABUMI

Kamis   21    Oktober 2010
Tidak seperti hari – hari biasanya saya berangkat kesekalah lebih pagi, karena saya sudah janji pada anak anak kela 7d, 7e dan 7c bahwa pada hari ini, kamis, 21  Oktober 2010 akan mempraktekan tentang indicator asam basa secara alami, untuk itu perlu ada  persiapan alat-alat lab yang akan digunakan dalam praktek. Pukul 06.30 saya sudah berada disekolah belum banyak anak – anak dan guru, saya langsung menuju LAB IPA dan mempersiapkan 10 buah plat tetes, 10 mortal dan alu, pipet tetes dan larutan asam cuka serta larutan basa ( KOH ).
Karena pelajaran kimia pada SMP Kelas 7 merupakan hal yang baru, saya pun sebelunya tidak mengajar kimia, maka saya ingin mempraktekannya terlebih dahulu, untuk ini saya ambil bunga sepatu dan daun pandan di kebun sekolah lalu saya gerus dan ditambahkan air dengan pipet tetes saya ambil dan diteteskan pada plat tetes sebanyak dua tempat, lalu diberi nama A dan B, yang A berwarna merah  saya tetesi dengan asam cuka berubah warnanya menjadi ping, yang B berwarna merah saya tetesi dengan basa ( KOH ) tidak berubah warnanya.  Lalu saya ulangi dengan daunpandan dengan terlebih dahulu mencuci alat dengan bersih, Extrak daun pandan yang A  berwarna hijau saya tetesi dengan asam cuka tidak berubah warnanya , Extrak B berwarna hijau aya tetesi dengan basa ( KOH ) berubah warnanya menjadi putih susu.
07.30 bel berbunyi saya yang sedang asik dengan alat-alat LAB tersadar kalau anak-anak sudah berada didepan LAB, karena minggu yang lalu saya sudah janji bahwa pada hari ini belajar dilab, lalu saya menghampiri mereka dan mempersilahkan masuk dengan tertib, setelah ber doa dan mengucap salam, saya memulai dengan absen, menanyakan yang tidak hadir, lalu saya sampaikan bahwa hari ini kita akan mencoba mempraktekkan bunga dan daun apa saja yang dapat digunakan sebagai indicator asam basa secara alami yang telah kita pelajari minggu yang lalu.
Silahkan anak anak duduk perkelompok setiap kelompok 4, 5 orang dan duduk ber hadapan  pembentukan kelompok tidak lama karena sudah dibentuk minggu yangblalu, sekarang keluarkan tugas yang diberikan minggu yang lalu beberapa siswa mengeluarkan plasti kresek yang didalamnya ada bunga tetapi banyak kelompok yang kebingungan, dari 9 kelompok hanya tiga kelompok yang membawa bunga berwarna, yang lainnya hanya membawa daun anak-anak kenapa kalian tidak memebawa bunga, susah pak kata anak-anak, anak anak dikebun sekolah ada beberapa bunga, tetapi apabila semua kelas mengambil di kebun sekolah maka bunga di sekolah akan habis, untuk itu bapak tugaskan kalian untuk membawanya dadi rumah, tetapi untuk kali ini silahkan yang belum bawa bunga memetik di kebun sekolah dengan perwakilan satu orang, dari setiap kelompok ada yang berlari menuju kebun sekolah untuk ketua kelompok silahkan menuju ke meja guru dan berbaris lalu saya sampaikan pada mereka bagai mana mempraktekan membuat extrak bunga dan daun sebagaimana yang saya praktekan tadi pagi, mengerti anak-anak, ya  pak jawab anak-anak, silahkan hai ini praktekan lagi bersama teman-teman dikelompokmu lalu cfatat hasilnya pada table yang sudah disediakan jangan lupa cuci bersih alat mortal dan alu apabila akan mengganti bunga atau daun yang kalian gerus juga pipet tetes yang digunakan untuk mengambil asam dan basa jangan sampai tertukar atau tercampur. Dan ini alat alat yang diperlukan setiap kelompok satu perangkat.
Anak yang ber tugas mengambil bunga sudah kembali, lalu mereka sibuk  sepertinya mereka penasaran ingin tau apa yang akan terjadi dengan bunga dan daun  setelah digerus dan di tetesi asam dan basa.
Ketua kelompok 1 menghampiri saya lalu bertanya pak bunganya hanya ada tiga macampak, ya bolehlah minimal tiga macam lalu ada yang teriak dari kelompok  6 pak si andi mencampur larutan bunga sepatu dengan larutan daun pandan,  wah kalau itu tidak boleh harus di buang lalu cuci bersih dan ulangi.
Satu jam telah berlalu, anak-anak bagaimana sudah selesai?, sudah pak  ! mari kita presentasikan setiap kelompok yang  di  panggil silahkan kedepan.
No
Nama Bunga/Daun
Warna asal
Perubahan setelah ditetesi
Asam
Basa
1
Bunga Sepatu
Merah


2
Bunga Mawar
Pink


3
Daun kastuba
Merah


4
Daun Pandan
Hijau


5
Daun Nangsi
Ungu


6
Bunga Euphorbia
Merah


7
Daun Jawer Kotok
Kemerahan


8
Baugenvill/Kembang kertas
Kekuningan


9
Bunga Markisa
Ungu




,

Kajian Kritis

Oleh : Dikdik Krisnadi, S.Pd

1. JUDUL : STAD Untuk Pembelajaran IPA.
2. Penulis : Perdi Karuru http//www.wordpress.com. Diakses pada tanggal 16 Januari 2009.11 Januari 2007.
3. Rangkuman:
Mengembangkan Perangkat Pembelajaran IPA Fisika di SLTP yang Berorientasi Keterampilan Proses dalam Setting Pembelajaran kooperoatif Tipe STAD.
a. Permasalahan
Siswa : Nilai EBTANAS murni tahun ajaran 1999/2000 rendah, diduga tidak mendapatkan pembelajaran IPA yang sesuai.

Guru : Sebagian guru IPA yang pernah ikut PKG kembali lagi ke metode konvensional dengan berbagai alasan, akibatnya banyak kegagalan yang dialami siswa.
Pembelajaran :  Kenyataan di lapangan proses belajar mengajar masih didominasi metode konvensional

b. Teori penunjang pemecahan masalah dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD

Thomson(1995) : Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran IPA. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Pembelajaran kooperatif dapat membuat siswa menverbalisasi gagasan-gagasan dan dapat mendorong munculnya refleksi yang mengarah pada konsep-konsep secara aktif.
Slavin(1995) :  Pada pembelajarankooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.

4. Komentar:
Keterampilan tingkat awal : Menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagai tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain, menyelesaikan tugas pada waktunya, menghormati perbeaan individu
Keterampilan tingkat menengah : Menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara dapat diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat rangkuman, menafsirkan, mengatur dan mengorganisir serta mengurangi ketegangan
Keterampilan tingkat mahir : Mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan dan berkompromi.
Metode penelitian menggunakan metode eksperimen, terdapat kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran digunakan rancangan penelitian tindakan yaitu rencana observasi-refleksi.
Konsep utama: memahami perangkat pembelajaran IPA fisika yang berorientasi keterampilan proses dalam seting pembelajaran kooperatif tipe STAD.
5. Refleksi : Saya ingin menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pelaksanaan PTK di SMP . Tulisan ini menjadi salah satu rujukan kami saya melaksanakan PTK.
Pemanfaatan hasil kajian :
1. Guru mampu mengelola pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam seting pembelajaran kooperatif tipe STAD dan mengoperasikan perangkat pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan, serta membuat siswa antusias dalam mengikuti pelajaran.
2. Hasil belajar siswa yang diajar pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam seting pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada siswa yang diajar tidak menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD

Senin, 06 Desember 2010

Case Study

PEMBELAJARAN IPA DI KELAS 9
VIRTUAL EKSPERIMEN PADA KONSEP LISTRIK DINAMIS
OLEH : Mr. Yandi Oktian F

Image belajar IPA identik dengan kegiatan praktikum, karena IPA dikembangkan melalui metodologi ilmiah. Ketercapaian siswa pada konsep IPA sangat bergantung pada proses bagaimana dia belajar, sehingga dengan kata lain Siswa akan terhantar pada konsep IPA dengan benar bila melalui proses-proses IPA yang benar yaitu keterampilan proses sains (Prof. DR. Ratna Wilis Dahar).
Pada tanggal 22 September 2010 saya mengajar di kelas 9C jam ke 1-2 pada konsep listrik dinamis dengan standar kompetensi memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan kompetensi dasar menganalisis percobaan listrik dinamis dalam suatu rangkaian serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada kesempatan ini saya menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBI) dengan pendekatan virtual experimen memakai media ICT(dibuat khusus untuk lingkungan sendiri yaitu SMPN 2 Nyalindung).
Sebagai langkah awal setelah dilakukan pengabsenan terhadap siswa saya menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan beberapa perangkat yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar. Kemudian siswa dibagi menjadi 8 kelompok yang terdiri atas 5 orang setiap kelompoknya. Sebelum dilakukan pembelajaran siswa diberi 4 permasalah sebagai berikut :
1.Apakah pengertian arus listrik ?
2.Bagaimana arus listrik dapat mengalir dalam rangkaian ?
3.Dari mana ke mana arus listrik mengalir ?
4.Apa saja yang termasuk sumber arus listrik ?
Selanjutnya siswa bekerja dalam kelompok melakukan eksplorasi media ICT berupa pembelajaran interaktif pada konsep listrik dinamis selama kurang lebih 30 menit. Selama kegiatan ekplorasi berlansung aktifitas setiap kelompok cukup bervariasi dengan ekspresi anggota kelompok yang bervariasi pula diantaranya ada 2 kelompok yang hampir 10 menit masih bengong, kemudian saya tanya,”kenapa belum mulai juga?”, “ga bisa pa mengoperasikannya”, jawab salah seorang siswa sambil garuk-garuk kepala tanpa berdosa (“…em…mungkin kamu ga mandi ya makanya ga bisa…heu..heu”,kata saya), selain itu ada 1 kelompok dimana tidak ada satupun siswa yang mau menjadi navigator pada kegiatan kelompoknya, akibatnya bila tidak diantisipasi ketiga kelompok ini akan lambat dan tertinggal oleh kelompok lain. Sebagai langkah antisipasi supaya tidak perjadi kemandegan dalam proses eksplorasi maka dengan terpaksa dilakukan sedikit perubahan anggota bagi ketiga kelompok tersebut secara mendadak dengan cara menukar satu anggota dengan kelompok lain dan akhirnya proses eksplorasi pun bisa berjalan. Selama proses ekplorasi saya lebih banyak memberikan petunjuk teknis atas kendala yang diihadapi siswa dalam menggunakan media terutama pada awal-awal kegiatan eksplorasi. Sedikit sekali pertanyaan yang muncul dari siswa terkait dengan materi IPA yang dipelajari dibandingkan dengan pertanyaan siswa terkait dengan cara mengoperasikan media pembelajaran berbasis ICT, entah karena siswa sudah cukup jelas dengan tayangan media atau siswa memang benar-benar belum paham sehingga tidak banyak pertanyaan yang muncul. Namun demikian selama kegiatan eksplorasi, saya tetap berada ditempat guna membantu siswa dalam mengorganisasikan temuan-temuan siswa terkait dengan peristilahan, kaidah, hukum dan persamaan matematis. Setelah melakukan ekplorasi masing-masing kelompok dilanjutkan untuk melakukan diskusi kelompok guna merumuskan dan menyusun temuan-temuan selama kegiatan eksplorasi.
Setelah melakukan diskusi kelompok, setiap kelompok mempresentasikan jawaban atas pertanyaan sebagai hasil diskusi secara lisan sambil berdiri dan membacakannya di depan teman-temannya, sementara kelompok lain mendengarkannya. Pada proses presentasi terdapat dua kelompok yang dilewat yaitu kelompok 2 dan 5 dengan alasan belum selesai, sehingga yang tampil mempresentasikan hasil diskusi hanya 6 kelompok saja.
Dari paparan presentasi yang diwakili oleh setiap juru bicara kelompok secara umum hampir 85% permasalahan dapat terjawab dengan benar. Namun demikian diantara 6 kelompok yang tampil terdapat 2 kelompok yang nyaris dapat menjawab dengan tepat keempat permasalahan di atas yaitu kelompok 1 dan 7. Sehingga pada kesempatan ini tahap konfirmasi sebagai penguatan konsep diambil berdasarkan pada hasil diskusi kelompok 1 dan 7.
Pada bagian akhir dari kegiatan ini seharusnya dilakukan kegiatan evaluasi guna mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran, namun berhubung waktu yang terpotong karena terdapat kendala teknis sehingga proses evaluasi tidak sempat dilakukan. Dan pembelajaran pun diakhiri.
Dari kasus diatas tampak bahwa terdapat beberapa permasalahan yang harus diantisipasi antara lain :
1.Pembagian kelompok siswa hendaknya didasarkan pada kemampuan siswa dalam menggunakan ICT dan 
   kemampuan berkomunikasi
2.Diperlukan lembar kerja yang lebih operasional sehingga tidak ada istilah siswa yang belum selesai   
   menjawab pertanyaan karena sedikit data yang ditulis pada tahap ekplorasi
3.Kegiatan pembelajaran berbasis ICT semestinya lebih sering dilakukan supaya tidak terjadi kendala yang 
   sifatnya non teknis akibat siswa yang gaptek.

Sabtu, 04 Desember 2010

Case Study


MATA PELAJARAN IPA
Kelangsungan Hidup Makhluk Hidup)
KELAS : IX B
(oleh2 ti gandini)


Bagaimanakah caranya agar siswa termotivasi untuk berperan aktif dalam pembelajaran ?
Pertanyaan di atas sering kali muncul pada hati saya ketika melaksanakan pembelajaran baik secara klasikal atau kelompok hanya satu atau dua orang siswa yang sering kali aktif melaksanakan/mengerjakan tugas individu maupun kelompok padahal sebagai seorang guru yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar inginnya semua siswa dapat berperan aktif untuk mengerjakan tugas baik secara individu ataupun kelompoknya.
“Kenapa kalau siswa di kelas IX B, siswanya banyak yang pasif, susah sekali kalau disuruh mengerjakan tugas ataupun maju ke depan kelas ?”
Pertanyaan di atas sering kali saya dengar dari rekan guru yang mengajar di kelas IX B, walaupun sebenarnya pertanyaan itu ada juga dalam benak saya. Jadi secara spontan sayapun mengiyakan, walau dalam hati saya agak sedikit kecewa karena kebetulan saya sebagai wali kelas IX B. Terlebih melihat hasil ulangan tengah semester khususnya IPA materi sistem organ manusia nilai rata-ratanya masih di bawah KKM. Untuk itu saya mencoba mengamati apa yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar materi kelangsungan Hidup Makhluk Hidup dengan Standar Kompetensi : 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup dan Kompetensi Dasar : 2.1 Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleski alam, dan perkembangbiakan.
Uraian singkat di bawah ini menceritakan ketika berlangsung kegiatan belajar mengajar di kelas IX B dengan standar kompetensi 2.1 Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleski alam, dan perkembangbiakan pada hari Kamis 21 Oktober 2010, pukul 07.30 mulai dilaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas IX B SMP Negeri 2 Nyalindung. Kegiatan pembelajaran saat itu menggunakan metode diskusi , tanya jawab dengan pemberian tugas perkelompok yang beranggotakan 2 orang siswa (think pair share) pada awal pembelajaran setting kelas masih seperti biasa belum merubah tempat duduk.
Pada awal pembelajaran setelah memeriksa kehadiran siswa ternyata ada 2 (dua) orang siswa yang tidak hadir yaitu : Fitria N da M. Ramdan Saputera . keduanya tidak hadir tanpa keterangan, pada saat pendahuluan saya mengajukan pertanyaan “mengapa sampai saat ini manusia masih ada di muka bumi ? sengaja saya tujukan pertanyaan itu untuk semua siswa. Sesaat siswa terdiam dan ada yang cuman saling pandang.tetapi kesunyian itu hilang setelah ada yang nyeletuk takdir , bu. Ternyata yang menjawab Rikman, dilanjutkan oleh Fikri “ berkembangbiak bu. Kemudian saya ajukan pertanyaan lagi kenapa hewan dinosaurus tidak kita temukan lagi ? secara serentak siswa menjawab : punah bu, . Saya ajukan lagi pertanyaan kenapa punah ? kali ini tak ada siswa yang menjawab.para siswa malah ada yang asik ngobrol. Untuk mengalihkan perhatian saya meminta siswa untuk mendengarkan penjelasan bahwa saat itu akan dibahas mengenai kelangsungan hidup makhluk hidup. Dan kompetensi yang harus dimiliki siswa yaitu mampu mengidentifikasi kelangsungan makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam dan perkembangbiakan. Dengan bantuan beberapa siswa buku paket yang ada di atas meja guru dibagian satu buku ke tiap meja. Siswa diarahkan untuk membuka bab kelangsungan hidup makhluk hidup halaman 53 s.d 59 dan dari buku kerja siswa halaman 24 s.d 27. semua siswa disuruh mengamati gambar-gambar dan membaca yang terdapat pada buku paket dan buku kerja, ternyata banyak siswa yang acuh tak acuh ada yang ngobrol saja, ada yang pindah tempat duduk, bahkan ada yang minta izin keluar untuk ke wc. Setelah 20 menit saya mengajukan pertanyaan “dengan cara apa makhluk hidup dapat melangsungkan kelangsungan hidupnya ? ada beberapa siswa yang menjawab secara berbarengan, agar jawabannya jelas saya minta seorang siswa untuk menjelaskan, tapi ternyata siswa terdiam, kemudian saya ingatkan kembali pada siswa untuk mencari jawabannya dari buku, dengan sedikit malu-malu Mauliyani menjawab bahwa makhluk hidup melangsungkan kehidupannya dengan cara beradaptasi dan berkembangbiak, kemudian siswa mendengar penjelasan dari saya tentang adaptasi dan macamnya, setelah selesai menjelaskan siswa diberi kesempatan untuk bertanya, ternyata tak ada satu siswapun mengajukan pertanyaan, karena suasana sedikit pasif maka saya mengajukan pertanyaan 1) apakah bedanya daun kangkung yang hidup di air dengan kangkung yang hidup di darat ? 2) adakah perbedaan antara paruh burung elang dan paruh ayam ? 3) apakah ada perbedaan antara orang yang tinggal di dataran rendah dengan orang yang tinggal di dataran tinggi bila orang yang di dataran tinggi berada di dataran rendah ?4) mengapa ikan yang hidup di laut tidak asin, padahal air lautnya asin? 5) Mengapa paus dan lumba-lumba suka muncul ke permukaan air laut ? Ternyata tak ada siswa yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu agar siswa dapat menjawab pertanyaan itu maka siswa disuruh mengerjakan tugas kegiatan 1halaman 25 dari buku kerja siswa, ternyata untuk mengerjakan tugas kegiatan 1 memerlukan waktu yang cukup lama, siswa yang sudah selesai mengerjakan disuruh membawa hasil pekerjaannya ke meja guru, dari sekian banyak siswa siswa yang berada pada barisan belakang malah ribut mereka maih acuh tak acuh dengan tugas yang diberikan, pada saat itu muncul pertanyaan di hati saya “ mengapa siswa ini tidak termotivasi untuk mengerjakan tugas ???? karena waktu tingal 10 menit lagi siswa diberi tugas untuk mengelompokkan contoh-contoh bentuk adaptasi yang termasuk adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi dan adaptasi tingkah laku utnuk dikerjakan di rumah. Sampai bell berbunyi tanda habis waktu, saya keluar dari kelas itu dengan pertanyaan-pertanyaan pembelajaran yang bagai mana?, dengan metode apa yang cocok ? setting duduk yang bagaimana?, pengelompokkan yang bagaimana? dan rencana –rencana yang muncul agar siswa di kelas IX B dapat lebih termotivasi untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

Jumat, 03 Desember 2010

Contoh studikasus4

Aku Harus Sabar Membimbing Mereka
Oleh: Soni Darma Jatnika S.Pd.
Guru SMPN 5 Sumedang


Di awal tahun pelajaran 2008/2009 saya mulai dengan tekad baru dan semangat baru, saya harus lebih baik membelajarkan mereka. Persiapan pembelajaran mulai dari SILABUS, RPP dan LKS sudah saya siapkan.
LKS yang saya persiapkan hanya membuat 2 kegiatan dan masing–masing terdiri dari 3 langkah, cukup sederhana memang.

Hari Senin, tanggal 21 Juli 2008 pukul 08.20 saya melaksanakan pembelajaran di kelas IX I yang baru pertama kali saya mengajar di kelas itu. Konsep yang saya bawakan waktu itu adalah LISTRIK STATIS, dengan Standar Kompetensi “Memahami konsep kelistrikan dan penerapan dalam kehidupan sehari–hari” dan Kompetensi Dasarnya “mendeskripsikan muatan kelistrikan untuk memahami gejala listrik statis“

Wajah anak–anak tampak tegang, mungkin di benaknya mengira seperti apa sih karakter saya itu. Saya mulai dengan pertanyaan “anak–anak apa itu listrik statis?” Anak–anak diam kemudian saya sederhanakan pertanyaannya, ketika berbicara listrik apa yang kalian bayangkan? Mulailah mereka 4 orang mengangkat tangan dan jawabannya bervariasi: Kabel, Setrum, Lampu, dan Energi. Nah kalau kita berbicara plastik, kaca, dan awan; listrik bukan? Anak–anak terdiam.

Kemudian saya melanjutkan pembelajaran, nah kerjakan LKS nya! Anak–anak saya bagi dalam 11 kelompok dengan banyaknya anggota 4 orang. Saya biarkan mereka mengerjakan LKS, saya amati kerja mereka.
Saya sangat terkejut 8 kelompok melakukan kesalahan dalam praktek, mengerjakan tanpa mengikuti prosedur yang ditetapkan (tidak membaca langkah demi langkah). Saya hampiri mereka, sudah baca LKS nya? Jawabnya, “sudah, pak!“

Silahkan diskusikan lagi dengan temanmu baca dengan teliti! Di akhir pelajaran anak mempresentasikan hasil kerjanya dan dalam menarik kesimpulan tidak terlalu sulit artinya sesuai dengan harapan indikator yang dibuat.

Ketika pelajaran sudah selesai, saya hampiri kelompok yang melakukan kesalahan dalam praktik, mengapa kalian melakukan kesalahan? Habis, Bapak tidak menjelaskan harus bagaimana kami berkerja!
Saya termenung mendengar ucapan itu? Mengapa itu terjadi? Timbul pertanyaan-pertanyaan:
1. Mengapa siswa tidak terbiasa melihat langkah–langkah pada LKS?
2. Mengapa kemampuan mengamati kurang mereka miliki untuk mengekplorasi suatu bahan ajar?
3. Atau barangkali kesalahan saya menganggap bahwa LKS ini sederhana sehingga tidak perlu saya jelaskan?

Contoh studikasus3

Keinginanku Membawa Mereka Menjadi Dirinya Sendiri
Oleh Helsy Elselia, S.Pd.
Guru SMPN 2 Tangjungsari- Sumedang

Siang itu udara terasa panas dan pelajaran akan diakhiri dengan dua jam sisa dalam arti sisa tenaga, sisa konsentrasi, bahkan mungkin sisa semangat dalam belajar. Pada kesempatan siang itu materi pelajaran yang akan disampaikan adalah sistem peredaran manusia yang mebahas bagaimana sistem transfortasi dalam tubuh manusia.

Materi sistem peredaran darah ini adalah topik yang cukup sulit dipahami oleh siswa karena banyak sekali istilah baru dan tidak adanya media yang dapat langsung diamati oleh siswa. Biasanya media yang sering digunakan adalah charta. Sistem peredaran darah terdiri atas organ jantung, pembuluh arteri, vena, dan kapiler, yang beredar dua kali mengelilingi jantung. Setelah banyak bercerita tentang hubungan organ-organ tersebut, tampak siswa mulai gerah dan lama-lama surut menjadi lebih tenang. Metode yang digunakan berupa ceramah sehingga guru yang menjadi pusat belajar dan siswa hanya tenang mendengarkan. Setelah beberpa waktu kegiatan inti berlangsung, anak-anak mulai mengantuk dan berjuang sekuatnya untuk dapat membuka mata. Terbayang dalam benak saya, anak-anak berusaha menahan kantuk dan mengikuti cerita tentang sistem peredaran darah.

Sayup-sayup suara yang saya ucapkan seolah-olah kegiatan meninabobokan anak di siang hari. Tibalah saatnya proses evaluasi tentang sejauh mana hasil ceramah saya hari ini dengan melemparkan sejumlah pertanyaan. Di luar dugaan saya ternyata tidak seorang anak pun dari 40 siswa yang mengeluarkan suara apalagi untuk menjawab pertanyaan saya.

Kesal, marah, sedih, cape, dan sia-sialah pekerjaan saya hari itu. Muncul beberapa pertanyaan: ada apa ini? Apa yang salah dan apa penyebabnya? Semua pertanyaan ini terus membahana sampai jam pelajaran berakhir. Siapa yang dapat membantu memberikan jawaban atas semua pertanyaan tersebut.

Kubayangkan lagi kegiatan pembelajaran saat itu langkah-demi langkah dari kegiatan awal sampai penutup. Ada sedikit jawaban atas permasalahan itu. Timbul pemikiran mungkin pembelajarannya membosankan, suara cenderung monoton dan siswa diam, hanya ditempatkan sebagai pendengar yang setia. Mungkin inilah jawaban penyebab permasalahan di siang itu.

Adakah cara lain yang dapat mengubah suasana belajar agar lebih aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM)? Untuk menjawab masalah itu, saya berbagi pengalaman ini dengan rekan sejawat pada kegiatan MGMP. Ada satu ide bagus yang disampaikan teman, yaitu dengan bermain peran. Akhirnya saya membuat perencanaan mengajar dengan metode bermain peran. Dalam bermain peran itu siswa menjadi bagian-bagian darah yang membawa beberapa zat berkeliling melewati wilayah trasportasi kita. Kegiatan ini dilaksanakan di luar kelas dengan menggambarkan aliran darah yang harus dilalui siswa.

Dari metode yang saya kembangkan itu membuat siswa melakukan aktivitas fisik sehingga membuat mereka tertawa, bersemangat mengikuti kegiatan, dan tidak ada yang terlihat ngantuk, bahkan mereka mampu menceritakan jalan yang mereka tempuh seperti aliran darah. Betapa bahagianya saya menemukan cara mengatasi permasalahan ini

Contoh studikasus2

Saya Harus Menggema dengan Pembelajaran Mereka
Oleh: Soni Darma Jatnika, S.Pd.
Guru SMPN 5, Sumedang

Saya akan mengajar Fisika di kelas IX C SMPN 5 Sumedang, sesuai dengan RPP yang saya buat yaitu tentang gaya magnetik/gaya Lorentz.

Saya seorang guru yang sudah mengajar 17 tahun. Namun selama itu dalam proses pembelajaran belum pernah dilihat oleh banyak orang dan di rekam oleh video. Perasaan yang menghantui diri saya ketika pembelajaran akan berlangsung, bisakah saya mengendalikan mereka.

Sabtu, 25 Nopember 2006 pukul 09.00 saya melaksanakan pembelajaran di kelas IX C SMPN 5 Sumedang, saya mengajar fisika mengambil konsep pembelajaran gaya megnetik/gaya lorentz, dengan Standar Kompetensi: Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan untuk untuk memahami keterkaitannya dengan pemanfaatan teknologi dalam kehidupan sehari–hari dan Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan gejala kemagnetan dan pemanfaatan dalam teknologi. Seminggu sebelumnya saya menyiapkan RPP dan LKS secara berkolaborasi dengan guru di MGMP dan dosen mitra dari UPI.

Pada awal pembelajaran saya mulai dengan ucapan salam kemudian menuliskan judul yang akan dibahas di papan tulis. Untuk menggali konsep awal saya mulai dengan pertanyaan “Pernahkah kamu melihat mobil mainan (Tamiya) bergerak?” Hampir semua anak menjawab pernah. Saya lanjutkan lagi pertanyaan yang kedua. Mengapa bisa bergerak, ada apa di dalamnya? beberapa orang anak menjawab Dinamo, Pak! Saya langsung membetulkan jawaban, yang tepat bukan Dinamo tetapi Motor Listrik.

Siswa dikelompokan menjadi 6 kelompok dengan masing– masing anggota 7 orang. Pembelajaran terus berjalan, setiap kelompok mengerjakan LKS dengan Judul gaya Magnetik. Interkasi siswa di kelompok tidak terlalu bagus, ada siswa yang tidak ikut berkerja tetapi cuma melihat saja, ini terjadi hampir di semua kelompok.

Ketika eksperimen dimulai, ada 4 kelompok yang alatnya tidak bekerja. Ayunan magnetik yang saya buat ketika di hubungkan dengan batu baterai tidak bergerak, padahal alat itu sudah disiapkan seminggu yang lalu dan dicoba lagi sebelum tampil 1 jam sebelumnya. Saya agak panik karena waktu tersita untuk membetulkan alat-alat itu, yang akhirnya bisa bekerja.
Saya melanjutkan pembelajaran dengan meminta semua kelompok mempresentasikan dengan cara menempelkan tabel hasil pengamatan. Kelompok yang selesai membacakan hasil kerjanya diberi penghargaan dengan tepuk tangan, siswa kelihatan senang. Ketidakpuasan terlihat di beberapa kelompok yang sudah menempelkan data tetapi tidak tampil sehubungan dengan waktu yang segera berakhir.

Proses penarikan kesimpulan tergesa-gesa, dengan tidak sabar saya pun ikut menyimpulkan agar target pembelajaran tercapai.

Saya merasakan tujuan pembelajaran saat itu baru tercapai 90% dan masih banyak kekurangan yang saya harus perbaiki:
1. saya menginginkan semua berjalan sesuai dengan RPP yang saya buat 100%.
2. saya ingin semua siwa menjawab dengan tepat pada tahap apersepsi.
3. saya menginginkan semua kelompok bisa tampil untuk presentasi.
4. saya menginginkan semua kelompok bisa menyimpulkan dengan tepat.

Saya mengakhiri pembelajaran lebih 20 menit dari waktu yang dialokasikan pada RPP. Komentar-komentar dari observer menyebutkan bahwa saya terlalu tergesa-gesa dalam menarik kesimpulan di akhir pembelajaran.

Contoh studikasus1

Sulitkah Mempertahankan Minat Belajar Mereka?
Oleh: Helsy Elselia, S.Pd.
Guru SMPN 2, Tanjungsari- Sumedang.

Sebagai seorang guru, saya berkeinginan agar siswa merasa senang saat belajar dan tetap mengikuti pembelajaran sampai jam pelajaran berakhir. Pada kesempatan ini pelajaran yang akan saya sampaikan adalah materi klasifikasi zat.

Konsep yang tercantum dalam RPP adalah asam, basa dan garam dalam kisaran standar kompetensi: Memahami klasifikasi zat, sedangkan kompetensi dasar: Melakukan percobaan sederhana dengan bahan yang diperoleh dalam kehidupan sehari hari. Konsep asam, basa dan garam diajarkan di kelas VII semester 1. Seperti kita ketahui bahwa pelajaran Kimia baru mulai dipelajari siswa setelah masuk SMP. Sehingga siswa yang baru tamat SD tersebut masih sangat merasa asing terhadap Laboratorium beserta alat dan bahannya sampai petunjuk kegiatannya (LKS).

Sabtu, 23 Agustus 2008, pukul 09.50, dilaksanakanlah pembelajaran di kelas 7D SMPN 2 Tanjungsari. Kegiatan belajar saat itu menggunakan pendekatan kontekstual dan siswa belajar dalam kelompok yang terdiri atas 4 orang dan dibagi menjadi 10 kelompok. Pengaturan meja dan bangku disusun membentuk angka II. Pada awal pembelajaran saya lupa meminta siswa untuk menghadap ke depan papan tulis, sehingga ada beberapa siswa yang membelakangi guru. Saat itu saya begitu bersemangat untuk membawa siswa mengerti akan konsep kimia ini.

Apersepsi disampaikan dalam waktu kurang dari 15 menit, dan ada beberapa siswa yang belum siap untuk belajar. Mereka masih mengawasi sekeliling ruangan yang masih sangat asing baginya. Saya mulai menjelaskan bermacam macam indicator dan ciri asam basa yang biasa dikenal, seperti ciri pada cuka dan sabun. Kemudian penjelasan berlanjut pada alat dan bahan eksperimen .

Saya memperhatikan ada beberapa siswa yang tidak mengikuti penjelasan itu. Penjelasan yang disampaikan dianggap angin lalu dan mereka asyik melihat keliling ruangan Lab. Reki adalah satu dari siswa tadi yang mengantuk dan meletakkan kepalanya di meja.

“Anak-anak, tahukah kalian mengapa untuk mengurangi sakit pada lambung orang sering menggunakan obat seperti antasid? “Ucapan saya mulai sedikit menarik perhatian siswa saat melakukan tahap kontak dalam kontekstual. Lalu kegiatan belajar mulai melangkah ke tahap kuriositi.” Coba kalian perhatikan tabung reaksi yang berisi ekstrak kulit buah manggis ini, apa warnanya? Sekarang Ibu akan mencampurkannya dengan larutan antasid, sedikit kita aduk dan perhatikanlah…… dan ternyata campuran itu jadi berubah warna. Mengapa begitu, apa ada yang tahu alasannya?” Semua siswa terdiam dan terkagum-kagum. Demikianlah demontrasi tersebut dilakukan sehingga terciptalah rasa ingin tahu siswa.

Tiba saatnya siswa ditugaskan untuk bereksplorasi dengan media pembelajaran dengan di pandu oleh LKS pada tahap elaborasi. Setiap siswa mendapatkan 2 lembar LKS. Ada siswa yang sudah aktif membaca dan langsung ingin mencoba melakukan kegiatan seperti perintah dalam LKS, tapi ada juga yang diam menonton.
Seperti pada awal pembelajaran Reki berada pada keadaan yang belum mau belajar dan malas mengikuti kegiatan kelompok. Rafima, teman sekelompoknya mulai menegur. ”Ayo Rek baca LKS-nya, bantu saya dong, jangan diam saja,” Gerutu Rafima. Dengan terpaksa Reki mulai melirik demi LKS. Setelah ditemukan hal yang menarik dari kegiatan yang dilakukan teman temannya, mulailah minat Reki muncul. Perlahan Ia mulai melakukan kegiatan dan berdiskusi tentang gejala yang timbul setelah meneteskan cuka pada lakmus merah dan lakmus biru. “Kok aneh ya mengapa lakmus biru berubah jadi merah sedangkan yang merahnya tidak berubah. Tapi bila ditetesi air kapur, malah yang berubah lakmus merah jadi biru, sedangkan lakmus biru tetap,” kata Reki aneh. Terbukalah suatu diskusi kelompok untuk membahas gejala yang timbul dan mereka mencatatnya pada tabel pengamatan. Tetapi penyebab terjadinya perubahan itu masih belum dapat mereka temukan dan ada keinginan untuk bertanya kepada guru, tapi keinginan itu hilang.

Sambil berkeliling membimbing kegiatan yang dilakukan siswa kelompok demi kelompok, saya memperhatikan aktivitas siswa. Saya merasa pembelajaran saat itu berhasil karena saya dapat membaca siswa senang dan betah belajar dari kegiatan eksperimen indikator asam basa ini.

Setelah kegiatan kelompok berakhir saya mulai masuk pada tahap nexus yaitu tahap perumusan rangkuman. Dengan sangat tergesa-gesa, saya langsung memberikan penjelasan, tapi sayangnya penjelasan itu tidak menimbulkan adanya interaksi siswa dengan guru. Informasi banyak bersumber dari guru sehingga guru-lah yang memonopoli pembicaraan. Banyak teori asam basa saya sampaikan secara langsung dan tidak ada kegiatan menggali pengetahuan siswa dari apa yang telah mereka lakukan. Dari raut wajah, banyak siswa yang merasa sulit menghubungkan sejumlah informasi yang diucapkan guru dan kegiatan ini membuat turunnya konsentrasi belajar siswa .

“Dari ketiga macam indicator alami yang kita gunakan hari ini, manakah indikotor yang paling baik dan apa alasannya.” Saya mulai meminta perhatian siswa kembali. Banyak siswa terdiam. Kemudian saya mencoba menunjuk salah satu dari mereka untuk menjawab. Tapi apa jawab mereka? “Belum Bu, Kami tidak bisa menjawabnya!”

Akhirnya pertanyaan itu saya jawab dan pertegas sendiri setelah tidak saya temukan jawaban tepat dari mereka. Penjelasan itu saya akhiri dengan kesimpulan ciri ciri larutan yang bersifat asam, basa dan netral. Jumlah siswa yang tidak memperhatikan dan mengikuti pembelajaran dengan baik jadi bertambah banyak. Meskipun beberapa pertanyaan dalam LKS dapat dijawab dengan baik, tapi ada beberapa konsep yang belum dipahami, sehingga siswa belum mampu menarik kesimpulan dari percobaan yang mereka lakukan, kemampuan itu hanya terbatas pada beberapa siswa saja. Hal ini terbukti dari hasil test yang diberikan guru.
Saya merasa kecewa. Awalnya saya mengira pembelajaran saat itu berhasil, ternyata tidak. Saya tidak dapat mempertahankan semangat belajar siswa yang justru malah di akhir jam pelajaran.

Meskipun sudah saya kuras energi ini untuk membuat siswa mengerti dengan berkeliling membimbing siswa, memberi penjelasan, tapi sia-sia belaka karena justru motivasi yang muncul sangat tinggi pada kegiatan elaborasi menjadi sangat cepat menyusut di akhir pembelajaran. Kejadian ini sangat tidak saya harapkan karena mengapa saya tidak dapat mempertahankan semangat belajar siswa. Apa yang harus saya ubah dari pembelajaran ini.

Rabu, 01 Desember 2010

Penelitian Tindakan

Penelitian Tindakan Kelas
Suatu Upaya Mengoptimalkan Out-put Pembelajaran

Oleh: Otong Setiawan Djuharie *

Pendahuluan

Penelitian tindakan kelas (PTK), istilah pinjaman dari classroom action research, merupakan kajian sistematik tentang upaya meningkatkan mutu praktik pendidikan oleh sekelompok masyarakat melalui tindakan praktis yang mereka lakukan dan merefleksi hasil tindakannya (Hopkins 1993). PTK adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, tetapi dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri (Kemmis dan Mc Tanggart 1988). PTK bersifat situasional, kontekstual, berskala kecil, terlokalisasi, dan secara langsung memotret situasi nyata

PTK, dengan demikian, memiliki karakterisktik: (1) dirancang untuk mengatasi permasalahan nyata, (2) diterapkan secara kontekstual, (3) terarah pada peningkatan kinerja guru di kelas, (4) bersifat fleksibel, (5) data diperoleh langsung dari pengamatan atas perilaku dan refleksi, (6) bersifat situasional dan spesifik (Natawidjaya 1997).

Ini mengisyaratkan bahwa hasil penelitian tindakan dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja oleh orang lain yang menginginkannya. Juga penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata yang pemecahan masalahnya segera diperlukan, dan hasil-hasilnya langsung diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. Selain itu, peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus pengembangan.

PTK bersifat partisipatori dan kolaboratif, yang dilakukan karena ada kepedulian bersama terhadap situasi pembelajaran kelas yang perlu ditingkatkan. Secara umum PTK ditujukan untuk:
- menanggulangi masalah atau kesulitan dalam bidang pendidikan dan pengajaran
- memperbaiki dan meningkatkan kinerja
- melaksanakan program pelatihan dan jabatan guru
- memasukkan unsur-unsur pembaruan dalam sistem pembelajaran.
- meningkatkan interaksi pembelajaran
- perbaikan suasana keseluruhan stakeholders pendidikan

PTK dilakukan manakala kita ingin meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggung jawab kita dan sekaligus ingin melibatkan murid-murid kita dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, PTK dilakukan untuk mengubah perilaku pengajaran kita, perilaku murid-murid kita di kelas, dan/atau mengubah kerangka kerja melaksanakan pembelajaran kelas kita. Jadi, PTK lazimnya dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas.


Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas

a.   Masalah belajar siswa di sekolah (termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi).
b.   Desain dan strategi pembelajaran di kelas (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran, interaksi di dalam kelas, partisipasi orangtua dalam proses belajar siswa).
c.  Alat bantu, media dan sumber belajar (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah penggunaan media, perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas, peningkatan hubungan antara sekolah dan masyarakat).
d.  Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen asesmen berbasis kompetensi).
e.  Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya (termasuk dalam tema ini antara lain: peningkatan kemandirian dan tanggungjawab peserta didik, peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik- peserta didik dan orangtua dalam PBM, peningkatan konsep diri peserta didik).
f.  Masalah kurikulum (termasuk dalam tema ini antara lain: implementasi KBK, urutan penyajian materi pokok, interaksi guru-siswa, siswa-materi ajar, dan siswa-lingkungan belajar).


Out-put Penelitian Tindakan Kelas

Out-put umum yang diharapkan dihasilkan dari PTK adalah sebuah peningkatan atau perbaikan (improvement and theraphy), antara lain sebagai berikut.
a.  Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah.
b.  Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas.
c.  Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.
d.  Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
e.   Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.
f.  Peningkatan dan perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah.

Penyusunan Rencana
Rencana PTK merupakan tindakan pembelajaran kelas yang tersusun, dan dari segi definisi harus prospektif atau memandang ke depan pada tindakan dengan memperhitungkan peristiwa-peristiwa tak terduga sehngga mengandung sedikit resiko. Maka rencana mesti cukup fleksibel agar dapat diadaptasikan dengan pengaruh yang tak dapat terduga dan kendala yang sebelumnya tidak terlihat. Tindakan yang telah direncanakan harus disampaikan dengan dua pengertian. Pertama, tindakan kelas  mempertimbangkan resiko yang ada dalam perubahan dinamika kehidupan kelas dan mengakui adanya kendala nyata, baik yang bersifat material namun bersifat non-meterial dalam kelas Anda. Kedua, tindakan-tindakan pilih karena memungkinkan para Anda untuk bertindak secara lebih efektif dalam tahapan-tahapan pembelajaran, secara lebih bijaksana dalam memperlakukan murid, dan cermat dalam mengamati kebutuhan dan perkembangan belajar murid.
Pada prinsipnya,  tindakan yang Anda rencanakan hendaknya (1) membantu Anda sendiri dalam (a) mengatasi kendala pembelajaran kelas, (b)  bertindak secara lebih tepat-guna dalam kelas Anda, dan (c) meningkatkan keberhasilan pembelajaran kelas; dan (2) membantu Anda menyadari potensi baru Anda untuk melakukan tindakan guna meningkatkan kualitas kerja. Dalam proses perencanaan, Anda harus berkolaborasi dengan sejawat melalui diskusi untuk mengembangkan bahasa yang akan dipakai dalam menganalisis dan meningkatkan pemahaman dan tindakan Anda dalam kelas.
Rencana PTK Anda hendaknya disusun berdasarkan hasil pengamatan awal refleksif terhadap pembelajaran kelas Anda. Misalnya, jika Anda adalah guru bahasa Inggris, Anda akan melakukan pengamatan terhadap situasi pembelajaran kelas Anda dalam konteks situasi sekolah secara umum dan mendeskripsikan hasil pengamatan. Dari sini akan mendapatkan gambaran umum tentang masalah yang ada. Lalu Anda meminta seorang guru bahasa Inggris lain sebagai kolaborator untuk melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang Anda selenggarakan di kelas Anda; selama mengamati, kolaborator memusatkan perhatiannya pada perilaku Anda sebagai guru dalam upaya membantu murid belajar bahasa Inggris, dan perilaku murid selama proses pembelajaran berlangsung, serta suasana pembelajarannya. Misalnya, hal-hal yang dicatat meliputi: (1) bagaimana guru melibatkan murid-muridnya dari awal (ketika membuka pelajaran); (2) bagaimana guru membantu murid-muridnya (a) memahami isi atau pesan teks, (b) memahami cara mengungkapkan makna sejenis (cara menyusun kalimat, cara mengeja kata, cara melafalkan kata yang digunakan untuk makna tersebut), (c) belajar berkomunikasi dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang telah dipelajari, (d) membantu murid-muridnya yang mengalami kesulitan atau yang pasif, (3) bagaimana guru mengelola kelas, yaitu dalam mengatur tempat duduk, mengontrol penerangan, mengatur suaranya, mengatur pemberian giliran, mengatur kegiatan; (4) bagaimana guru berpakaian, (5) bagaimana murid menanggapi upaya-upaya guru, (6) sejauh mana murid aktif memproduksi bahasa Inggris, dan (7) hal-hal lain yang secara teoretis perlu dicatat, serta (8) suasana kelas.  Hasil pengamatan awal terhadap proses tersebut  dituangkan dalam bentuk catatan-catatan  lapangan lengkap (cuplikannya dapat disajikan dalam laporan dalam bentuk vignette), yang menggambarkan dengan jelas cuplikan/episode proses pembelajaran dalam situasi nyata.
Kemudian, Anda bersama kolaborator memeriksa catatan-catatan lapangan sebagai data awal secara cermat untuk mengidentifikasi  masalah-masalah yang ada dan aspek-aspek apa yang perlu ditingkatkan untuk memecahkan masalah praktis tersebut. Berdasarkan hasil kesepakatan terhadap pencermatan data awal, dan dipadukan dengan ketersediaan sumber daya, baik manusia maupun non-manusia, Anda bersama kolaborator menyusun rencana tindakan, sebagai penuntun  pelaksanaan tindakannya.
Rencana tindakan Anda perlu dilengkapi dengan pernyataan tentang indikator-indikator peningkatan yang akan dicapai. Misalnya, indikator untuk peningkatan keterlibatan murid adalah peningkatan jumlah murid yang melakukan sesuatu dalam pembelajaran nahasa Inggris, seperti bertanya, mengusulkan pendapat, mengungkapkan kesetujuan, mengungkapkan kesenangan, mengungkapkan penolakan dan sebagainya dalam bahasa Inggris; sedangkan indikator untuk produksi bahasa Inggris adalah peningkatan jumlah ungkapan (kata/frasa/kalimat) bahasa Inggris yang diproduksi oleh murid. Disamping itu, perlu juga indikator kualitatif, misalnya peningkatan keakuratan (lafal dan tatabahasa)  dan kelancaran bahasa Inggris murid dengan deskriptor di masing-masing tingkatan.
Kebersamaan Anda dan kolaborator dalam  mengumpulkan data awal, lalu mencermatinya untuk mengidentikasi masalah-masalah yang ada dan menentukan tindakan untuk mengatasinya, serta menyusun rencana tindakan, telah memenuhi tuntutan validitas demokratik.


Pelaksanaan Tindakan
Tindakan hendaknya dituntun oleh rencana yang telah dibuat, tetapi perlu diingat bahwa tindakan itu tidak secara mutlak dikendalikan oleh rencana, mengingat dinamikan proses pembelajaran di kelas Anda, yang menuntut penyesuaian. Oleh karena itu, Anda perlu bersikap fleksibel dan siap mengubah rencana tindakan sesuai dengan keadaan yang ada. Semua perubahan/penyesuaian yang terjadi perlu dicatat karena kelak harus dilaporkan.
Pelaksanaan rencana tindakan memiliki karakter perjuangan materiil, sosial, dan politis ke arah perbaikan. Mungkin negosiasi dan kompromi diperlukan, tetapi kompromi harus juga dilihat dalam konteks strateginya. Nilai tambah taraf sedang mungkin cukup untuk sementara waktu, dan nilai tambah ini kemudian mendasari tindakan berikutnya.
Observasi
Observasi tindakan di kelas Anda berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan bersama prosesnya. Observasi itu berorientasi ke depan, tetapi memberikan dasar bagi refleksi sekarang, lebih-lebih lagi ketika putaran atau siklus terkait masih berlangsung. Perlu dijaga agar observasi: (1) direncanakan agar (a) ada dokumen sebagai dasar refleksi berikutnya dan (b) fleksibel dan terbuka untuk mencatat hal-hal yang tak terduga; (2) dilakukan secara cermat karena tindakan Anda di kelas selalu akan dibatasi oleh kendala realitas kelas yang dinamis, diwarnai dengan hal-hal tak terduga; (3) bersifat responsif, terbuka pandangan dan pikirannya.
Apa yang diamati dalam PTK adalah (1)  proses tindakannya, (b) pengaruh tindakan (yang disengaja dan tak sengaja), (c) keadaan dan kendala tindakan, (d) bagaimana keadaan dan kendala tersebut menghambat atau mempermudah tindakan yang telah direncanakan dan pengaruhnya, dan (e) persoalan lain yang timbul.
Refleksi
Yang dimaksud dengan refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Lewat refleksi Anda berusaha (1) memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategik, dengan mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi pembelejaran kelas, dan (2) memahami persoalan pembelajaran dan keadaan kelas di mana pembelajan dilaksanakan. Dalam melakukan refleksi, Anda sebaiknya juga berdiskusi dengan sejawat Anda, untuk menghasilkan rekonstruksi makna situasi pembelajaran kelas Anda dan memberikan dasar perbaikan rencana siklus berikutnya.         Refleksi memiliki aspek evaluatif; dalam melakukan refleksi, Anda hendaknya menimbang-nimbang pengalaman menyelenggarakan pembelajaran di kelas, untuk menilai apakah pengaruh (persoalan yang timbul) memang diinginkan, dan memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk meneruskan pekerjaan. Tetapi dalam pengertian bahwa refleksi itu deskriptif, Anda meninjau ulang, mengembangkan gambaran agar lebih lebih hidup (a) tentang proses pembelajaran kelas Anda, (b) tentang kendala yang dihadapi dalam melakukan tindakan di kelas, dan, yang lebih penting lagi, (c) tentang apa yang sekarang mungkin dilakukan untuk para siswa Anda agar mencapai tujuan perbaikan pembelajaran.
PTK Anda merupakan proses dinamis, dengan empat momen dalam spiral perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Proses dasar tersebut dapat diringkas sebagai berikut (Kemmis dkk. (1982). Dalam praktik, proses PTK Anda mulai dengan ide umum bahwa Anda menginginkan perubahan atau perbaikan pembelajaran di kelas Anda. Inilah keputusan tentang letak di mana dampak tindakan itu mungkin diperoleh. Setelah memutuskan medannya dan melakukan peninjauan awal, Anda bersama kolaborator sebagai peneliti tindakan memutuskan rencana umum tindakan. Dengan menjabarkan rencana umum ke dalam langkah-langkah yang dapat dilakukan, Anda memasuki langkah pertama, yakni perubahan dalam strategi yang ditujukan bukan saja untuk mencapai perbaikan, tetapi juga pemahaman lebih baik tentang apa yang mungkin dicapai kemudian. Sebelum mengambil langkah pertama, Anda harus lebih berhati-hati dan merencanakan  cara untuk memantau pengaruh langkah tindakan pertama, keadaan kelas Anda, dan apa yang mulai dilihat oleh strategi dalam praktik. Jika mungkin mempertahankan pencarian fakta dengan memantau tindakannya, langkah pertama diambil. Pada waktu langkah itu dilaksanakan, data baru mulai masuk, dan keadaan, tindakan, dan pengaruhnya dapat dideskripsikan dan dievaluasi. Tahap evaluasi ini menjadi peninjauan yang segar yang dapat dipakai untuk menyiapkan cara untuk perencanaan baru (Kemmis dkk., 1982: 6-7).

Data Penelitian Tindakan
Data dalam penelitian tindakan berfungsi sebagai landasan refleksi. Data mewakili tindakan dalam arti bahwa data itu memungkinkan peneliti untuk merekonstruksi tindakan terkait, bukan hanya mengingat kembali. Oleh sebab itu, pengumpulan data tidak hanya untuk keperluan hipotesis, melainkan sebagai alat untuk membukukan amatan dan menjembatani antara momen-momen tindakan dan refleksi dalam putaran penelitian tindakan.
Data penelitian tindakan diambil dari suatu situasi bersama seluruh unsur-unsurnya.  Data tersebut dapat  berupa semua catatan tentang hasil amatan, transkrip wawancara, rekaman audio dan/atau video peristiwa/kejadian, yang dikumpulkan lewat berbagai teknik seperti disebutkan di bawah. Maka data penelitian tindakan dapat berbentuk catatan lapangan, catatan harian, transkrip komentar peserta penelitian,  rekaman audio, rekaman video, foto dan rekaman/catatan lainnya.  
Analisis Data
Analisis data diwakili oleh momen refleksi putaran penelitian tindakan. Dengan melakukan refleksi peneliti akan memiliki wawasan autentik yang akan membantu dalam menafsirkan datanya. Tetapi perlu diingat bahwa dalam menganalisis data sering seorang peserta penelitian tindakan menjadi terlalu subyektif, dan oleh karena itu dia perlu berdiskusi dengan peserta-peserta yang lainnya untuk dapat melihat datanya lewat perspektif yang berbeda. Dengan kata lain, usaha triangulasi hendaknya dilakukan dengan mengacu pendapat atau persepsi orang lain. 
Akan lebih bagus jika dalam menganalisis data yang kompleks  peneliti menggunakan teknik analisis kualitatif, yang salah satu modelnya adalah teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1984: 21-23). Analisis interaktif tersebut terdiri atas tiga komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain: reduksi data, beberan (display) data, dan penarikan kesimpulan.
Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data ’mentah’ yang ada dalam catatan lapangan. Dalam proses ini dilakukan penajaman, pemilahan, pemfokusan, penyisihan data yang kurang  bermakna, dan menatanya sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi. Misalnya, data tentang proses pembelajaran kelas bahasa Inggris yang tergambar dalam Vignette 1 di bawah dapat direduksi dengan menfokuskan perhatian pada apa yang dilakukan guru pada permulaan kelas (membuka pelajaran), pada bagian utama pembelajaran, dan pada akhir pelajaran (menutup pelajaran). Pada bagian utama pembelajaran dapat direduksi dengan menfokuskan perhatian pada apakah ada tindakan guru yang berkenaan, misalnya,  dengan (a) upaya membantu dan/atau memfasilitasi siswa dalam mamahami makna/isi teks bahasa Inggris sebagai teks asupan, (b) upaya membantu dan/atau memfasilitasi siswa dalam memahami aturan tatabahasa yang dipakai untuk mengungkapkan makna/pesan yang sama, (c) upaya membantu dan/atau memfasilitasi siswa dalam menggunakan ungkapan yang sama untuk berkomunikasi, apakah lewat permainan bahasa, bermain peran, atau simulasi, (d) upaya memotivasi siswa atau meningkatkan percaya diri siswa dengan memuji siswa yang telah menunjukkan upaya keras atau kinerja bagus dalam menggunakan bahasa Inggris dan mendorong siswa yang kehilangan semangat atau percaya diri untuk tetap berupaya, dan (e) upaya membantu siswa untuk meningkatkan kelancaran berbahasa Inggris serta (f) upaya membantu siswa untuk meningkatkan keakuratan berbahasa Inggris. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana guru mengelola kelas, yang bisa berkenaan dengan volume suaranya, pandangan mata, gerakan fisiknya, pengaturan tempat duduk, dan pengelompokan siswa. Dengan mereduksi data tentang proses pembelajaran bahasa Inggris yang demikian, akan dapat ditarik kesimpulan apakah guru menekankan pengembangan keterampilan berkomunikasi atau hanya mengajarkan unsur-unsur bahasa seperti struktur, kosakata, lafal, dan ejaan, atau hanya menekankan keterampilan membaca tanpa menghiraukan keterampilan berbicara. Juga dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dikelola sedemikian rupa sehingga cukup kondusif bagi terjadinya pembelajaran yang menyenangkan tetapi cukup efektif.
Setelah direduksi data siap dibeberkan. Artinya, tahap analisis sampai pada pembeberan data. Berbagai macam data penelitian tindakan yang telah direduksi perlu dibeberkan dengan tertata rapi dalam bentuk narasi plus matriks, grafik, dan/atau diagram. Pembeberan data yang sistematik, interaktif, dan inventif serta mantab akan memudahkan pemahaman terhadap apa yang telah terjadi sehingga memudahkan penarikan kesimpulan atau menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
Seperti layaknya yang terjadi dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sepanjang proses pelaksanaan tindakan penelitian. Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara, yang ditarik pada akhir Siklus I, ke kesimpulan terevisi pada akhir Siklus II dan seterusnya, dan kesimpulan terakhir pada akhir Siklus terakhir. Kesimpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir saling terkait dan kesimpulan pertama sebagai pijakan.
Perlu dicatat bahwa data yang dikumpulkan tidak hanya terbatas pada data tentang perubahan yang diharapkan, melainkan juga mencakup data tentang peningkatan/perubahan yang tak diharapkan (di luar rencana). Maka, kesimpulan yang ditarik juga harus mencakup perubahan yang direncanakan/diharapkan dan yang tidak diharapkan sebelumnya. Misalnya, peningkatan/perubahan yang diharapkan adalah (a) peningkatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris, terutama dalam praktik berbahasa Inggris, (b) peningkatan pemahaman guru peneliti terhadap hakikat proses pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing, dan (c) peningkatan suasana pembelajaran dari suasana membosankan menjadi mengasyikkan dan menyenangkan. Namun, ternyata guru peneliti juga menjadi sadar atas kekurangannya dalam hal kelancaran, ketepatan dan keakuratan berbahasa Inggris, dan kepala sekolah terkait juga mengalami perubahan sikap, yaitu dari sikap berpihak pada kelas yang diam/sunyi ke sikap yang menghargai kelas yang agak bising penuh suara siswa yang praktik berbahasa Inggris, misalnya seperti yang terjadi dalam penelitian Madya dkk (2002). Pendeknya, kesimpulan yang dibuat hendaknya mencakup semua perubahan/peningkatan pada diri peneliti dan anggota penelitian lainnya serta situasi tempat penelitian dilakukan.
Teknik-Teknik Pemantauan dalam Penelitian Tindakan
Banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan pemantauan dalam penelitian tindakan. Penggunaan setiap teknik tentu saja ditentukan oleh sifat dasar data yang akan dikumpulkannya. Teknik-teknik yang dimaksud disajikan berikut ini.
1. Catatan Anekdot
Catatan anekdot adalah riwayat tertulis, deskriptif, longitudinal tentang apa yang dikatakan atau dilakukan perseorangan dalam kelas Anda dalam suatu jangka waktu. Deskripsi akurat ditekankan untuk meenghasilkan gambaran umum yang layak untuk keperluan penjelasan dan penafsiran. Deskripsi tersebut biasanya mencakup konteks dan peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudah peristiwa yang gayut dengan persoalan yang diteliti. Metode ini dapat diterapkan pada kelompok dan individu.
2. Catatan Lapangan
Teknik ini sejenis dengan catatan anekdot, tetapi mencakup kesan dan penafsiran subjektif. Deskripsi boleh mencakup referensi misalnya pelajaran yang lebih baik, perilaku kurang perhatian, pertengkaran picik, kecerobohan, yang tidak disadari oleh guru atau pimpinan terkait. Seperti halnya catatan anekdot, perhatian diarahkan pada persoalan yang dianggap menarik.
3. Deskripsi Perilaku Ekologis
Teknik ini kurang terarah pada persoalan jika dibandingkan dengan teknik pertama di atas. Teknik ini berusaha untuk mencatat observasi dan pemahaman terhadap urutan perilaku yang lengkap. Tingkat-tingkat deskripsi yang berbeda dapat dipakai, misalnya dalam situasi belajar-mengajar: 
-   Kelas dalam suasana serius, tetapi tawa meledak …
-   Seorang siswa bernama Toni mendeskripsikan hobinya dalam acara “tunjukkan dan katakan”
-   Dengan kakinya diseret di lantai dan kedua tangannya saling menggenggam di punggung seorang siswa …
Deskripsi sebaiknya mengurangi penafsiran psikologis dan terminologis, seperti telah disinggung di atas. Misalnya, ketika seorang siswa diamati tertawa terbahak-bahak, peneliti tidak boleh memberi komentar tentang maksud tertawa siswa tersebut. Atau ketika beberapa siswa menolak mengerjakan tugas, peneliti tidak boleh menafsirkan bahwa penolakan tersebut karena malas atau alasan lain. Kecenderungan untuk memberikan penilaian seperti ini banyak dialami oleh peneliti pemula. Mereka belum terlatih untuk menunda penilaian sampai refleksi dilakukan.
4. Analisis Dokumen
Gambaran tentang persoalan, sekolah atau bagian sekolah, kantor atau bagian kantor, dapat dikonstruksi dengan menggunakan berbagai dokumen: surat, memo untuk staf, edaran untuk orangtua atau karyawan, memo guru atau pejabat, papan pengumuman guru, papan pengumuman siswa, pekerjaan siswa yang dipamerkan, garis besar, tes formal dan informal, publikasi siswa atau karyawan, kebijaksanaan, dan/atau peraturan. Dokumen-dokumen ini dapat memberikan informasi yang berguna untuk berbagai persoalan.
5. Catatan Harian
Catatan harian adalah riwayat pribadi yang dilakukan secara teratur seputar topik yang diminati atau yang diperhatikan. Catatan harian mungkin memuat observasi, perasaan, reaksi, penafsiran, refleksi, dugaan, hipotesis, dan penjelasan. Persoalan mungkin berkisar dari riwayat tentang pekerjaan siswa atau karyawan individual sampai pemantauan diri tentang perubahan dalam metode mengajar atau metode pengawasan. Siswa atau karyawan dapat didorong untuk membuat catatan harian tentang topik yang sama untuk memperoleh perspektif alternatif.  
            Catatan harian dapat digunakan untuk salah satu atau beberapa tujuan berikut:
-    merekam secara teratur informasi faktual tentang peristiwa, tanggal dan orang, dengan klasifikasi judul,  misalnya Kapan? Di mana? Siapa? Yang mana? Bagamana? Mengapa? Data yang direkam dapat membantu peneliti merekonstruksi urutan waktu atau peristiwa sebagaimana terjadi.
-    Aide mémoire untuk merekam catatan pendek tentang penelitian yang sedang dilakukan untuk refleksi kemudian.
-    Memotret secara rinci peristiwa dan situasi tertentu yang memberikan data deskriptif lengkap yang akan digunakan untuk laporan lengkap tertulis
-    Catatan introspektif dan evaluatif-diri di mana peneliti mencatat pengalaman, pemikiran, dan perasaan pribadi dalam rangka memahami penelitiannya.
 6. Logs
Teknik ini pada dasarnya sama dengan catatan harian tetapi biasanya disusun dengan mempertimbangkan alokasi waktu untuk kegiatan tertentu, pengelompokan kelas, dan sebagainya. Kegunaannya ditingkatkan jika mencakup komentar seperti yang terdapat dalam catatan harian tentang organisasi dan peristiwa lain.
 7. Kartu Cuplikan Butir
Teknik ini mirip dengan catatan harian tetapi sekitar enam kartu digunakan untuk mencatat kesan tentang sejumlah topik, satu untuk satu kartu. Misalnya: satu set kartu boleh mencakup topik-topik seperti pendahuluan pelajaran, disiplin, kualitas pekerjaan siswa, efisiensi penilaian, kontak individual dengan siswa, dan perilaku seorang siswa. Kartunya dikocok dan catatan harian dibuat untuk satu topik setiap harinya, dan dengan demikian membangun gambaran tentang semua persoalan sebagai dasar refleksi tanpa resiko memberikan tekanan terlalu berat atau menimbulkan kebosanan dengan aspek tertentu.
8. Portfolio
Teknik ini digunakan untuk membuat koleksi bahan yang disusun dengan tujuan tertentu. Portfolio mungkin memuat hal-hal seperti tambatan rapat staf yang gayut dengan sejarah suatu persoalan yang diteliti, korespondensi yang berkaitan dengan kemajuan dan perilaku subyek penelitian, kliping korespodensi dan surat kabar yang berkaitan dengan persoalan di mana lembaga tempat penelitian menjadi pusat perhatian khalayak ramai, dan/atau tambatan rapat staf yang relevan; singkatnya dokumen apa pun yang relevan dengan persoalan yang diteliti dapat dimuat.
9. Angket
Angket terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis yang memerlukan jawaban tertulis. Pertanyaan ada dua macam.
a.   Terbuka: meminta informasi atau pendapat dengan kata-kata responden sendiri. Pertanyaan macam ini berguna bagi tahap-tahap eksplorasi, tetapi dapat menghasilkan jawaban-jawaban yang sulit untuk disatukan. Jumlah angket yang dikembalikan mungkin juga sangat rendah.
b.   Tertutup atau pilihan ganda: meminta responden untuk memilih kalimat atau deskripsi yang paling dekat dengan pendapat, perasan, penilaian, atau posisi mereka.
Pertanyaan harus secara cermat diungkapkan dan tujuannya harus jelas dan tidak taksa (bermakna ganda). Mengujicobakan pertanyaan dengan teman atau cuplikan (sample) kecil responden akan meningkatkan kualitasnya. Membatasi lingkup topik yang dicakup merupakan cara yang bermanfaat untuk meningkatkan jumlah angket yang kembali dan kualitas informasi yang diperoleh.
10. Wawancara
Teknik ini memungkinkan meningkatnya fleksibilitas dari pada angket, dan oleh sebab itu berguna untuk persoalan-persoalan yang sedang dijajagi daripada yang secara jelas dibatasi dari mula. Wawancara dapat:
a. Tak terencana: misalnya, omong-omong informal di antara para pelaku penelitian atau antara pelaku penelitian dan subyek penelitian.
b. Terencana tetapi tak terstruktur: Satu atau dua pertanyaan pembukaan dari pewancara, tetapi setelah itu pewancara memberikan kesempatan bagi responden untuk memilih apa yang akan dibicarakan. Pewancara boleh mengajukan pertanyaan untuk menggali atau memperjelas.
c. Terstruktur: Pewancara telah menyusun serentetan pertanyaan yang akan diajukan dan mengendalikan percakapan sesuai dengan arah pertanyaan-pertanyaan.

11. Metode Sosiometrik
Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah individu-individu disukai atau saling menyukai. Pertanyaan-pertanyaan sering diajukan dengan niat untuk mengetahui dengan siapa subyek tertentu ingin bekerja sama, atau berhubungan dalam suatu kegiatan bersama. Pertanyaan juga mungkin berusaha mengungkapkan dengan siapa subyek tertentu tidak suka bekerja sama atau berhubungan.

12. Jadwal dan daftar tilik (checklist) interaksi
Kedua teknik ini dapat digunakan oleh peneliti atau pengamat. Teknik-teknik ini boleh berdasarkan waktu, atau berdasarkan peristiwa, yang pencatatannya dilakukan kapan saja peristiwa tertentu terjadi. Berbagai perilaku dicatat dalam kategori waktu perilaku itu terjadi untuk membangun gambaran tentang urutan perilaku yang diteliti. Misalnya dalam situasi sekolah, kategori jadual dan daftar tilik (checklist) dapat menunjuk pada:
Perilaku verbal guru: misalnya bertanya, menjelaskan, mendisiplinkan (individu atau kelompok), memberi contoh melafalkan kata/frasa/kalimat
Perilaku verbal siswa: misalnya, menjawab, bertanya, menyela, berkelakar, mengungkapkan diri, menyanggah, menyetujui.
Perilaku nonverbal guru: misalnya, tersenyum, mengerutkan kening, memberi isyarat, menulis, berdiri dekat siswa pandai, duduk dengan siswa lamban.
Perilaku nonverbal  siswa: misalnya menoleh, mondar-mandir, menulis, menggambar, menulis cepat, tertawa, menangis, mengerutkan dahi, mengatupkan bibir.
13. Rekaman pita
Merekam berbagai peristiwa seperti pelajaran, rapat diskusi, seminar, lokakarya, dapat menghasilkan banyak informasi yang bermanfaat yang tertakluk (tunduk) pada analisis yang cermat. Metode ini khususnya berguna bagi kontak satu lawan satu dan kelompok kecil di mana perekam jinjing dapat digunakan atau analisis satu perilaku dapat dilakukan. Jika transkripsi ekstensif diperlukan, prosesnya mungkin menjadi sangat panjang dari segi waktu.
14. Rekaman video
Perekam video dapat dioperasikan oleh peneliti untuk merekam satuan kegiatan/peristiwa untuk dianalisis kemudian, misalnya kegiatan pembelajaran di kelas. Akan lebih baik jika satuan rekamannya pendek karena pemutaran ulang akan memakan waktu. Bila ada asisten yang membantu, lebih banyak perhatian dapat diberikan pada reaksi dan perilaku subyek secara perorangan (guru dan siswa), yang aspek-aspeknya disepakati sebelum perekaman. Peneliti sendiri dapat merekam aspek tertentu dari pelaksanaan pekerjaannya sendiri. Subyek-subyek terpilih mungkin juga dapat merekam beberapa aspek pelaksanaan pekerjaan mereka untuk dianalisis kemudian.
15. Foto dan slide
Foto dan slide mungkin berguna untuk merekam peristiwa penting, misalnya aspek kegiatan kelas, atau untuk mendukung bentuk rekaman lain. Peneliti dan pengamat boleh menggunakan rekaman fotografik. Karena daya tariknya bagi subyek penelitian, foto dapat diacu dalam wawancara berikutnya dan diskusi tentang data.
16. Penampilan subyek penelitian pada kegiatan penilaian
Teknik ini digunakan untuk menilai prestasi, penguasaan, untuk mendiagnosis kelemahan dsb. Alat penilaian tersebut dapat dibuat oleh peneliti atau para ahlinya. Pemilihan teknik pengumpulan data ini tentu saja disesuaikan dengan jenis data yang akan dikumpulkan.
Pemilihan teknik pengumpulan data hendaknya dipilih sesuai dengan cirri khas data yang perlu dikumpulkan untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian. Untuk keperluan trianggulasi, data yang sama dapat dikumpulkan dengan teknik yang berbeda.
Bibliography
Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Hopkins, David. 1993. A. Teacher's Guide to Classroom Research. Second Edition. Philadelphia: Open University Press.
Kemmis, S & McTaggart, R. 1998. The Action Research Planner, Third Edition. Victoria: Deakin University.
Natawidjaya, Rochman. 1997. Konsep Dasar Penelitian Tindakan. Bandung: IKIP Bandung.
Nurhalim, K. 2000. Prosedur Pelaksanaan PTK. Makalah Disajikan pada Pelatihan Pengembangan Penelitian Tindakan Kelas bagi Tenaga Kependidikan Baik Dosen maupun Guru di Jawa Tengah yang diselenggarakan oleh Lemlit Universitas Negeri Semarang 10-19 Juli 2000.
Priyono, Andreas. 2000. Identifikasi dan Pemecahan Masalah dalam Classroom-Based Action Research. Makalah Disajikan pada Pelatihan Pengembangan Penelitian Tindakan Kelas bagi Tenaga Kependidikan Baik Dosen maupun Guru di Jawa Tengah yang diselenggarakan oleh Lemlit Universitas Negeri Semarang 10-19 Juli 2000.
*)   Otong Setiawan Djuharie adalah pemerhati pembelajaran dan dosen pada Fakultas Adab & Humaniora UIN SGD Bandung.