Efek

WELCOME TO MGMP IPA GUGUS SUKARAJA SUKABUMI, BETTER EDUCATION THROUGH REFORMED MANAGEMENT AND UNIVERSAL TEACHER UPGRADING

Jumat, 09 Desember 2011

KEBIJAKAN UN 2012 TIDAK BERUBAH

JAKARTA, – Meski menjadi perdebatan banyak pihak, kebijakan mengenai ujian nasional (UN) tahun 2012 tidak akan berubah. Kepala Balitbang Kemdiknas, Khairil Anwar menyatakan, kebijakan UN tidak akan berubah dan belum ada arahan dari Mendiknas untuk melakukan perubahan kebijakan UN.
"Kebijakan UN sebagai penentu kelulusan tidak akan berubah dengan porsi 60:40, namun secara teknis akan terus disempurnakan dan juga akan kita kaji mengenai tingkat kesulitan soal, distribusi dan pengamanannya," kata Khairil, di Jakarta, Jumat (23/9/2011).
Namun, untuk menjamin kualitas UN agar mengalami peningkatan kualitas setiap tahunnya, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional (Balitbang Kemdiknas) bekerjasama dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menggelar lokakarya nasional dengan tema "Manajemen Penyelenggaraan Ujian Nasional 2012: Peningkatan Kualitas, Akseptabilitas, dan Kredibilitas Ujian Nasional".
Lokakarya nasional ini digelar di Bogor selama tiga hari, 23-25 September 2011, dan dihadiri oleh seluruh pihak terkait, seperti seluruh Kepala Dinas Pendidikan se-Indonesia, perwakilan guru, komite sekolah, dewan pendidikan dan lain sebagainya.
"Lokakarya ini merupakan forum diskusi perumusan untuk UN yang lebih baik. Karena UN ini sendiri mendapat dukungan beragam pihak," kata Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal,  saat membuka lokakarya tersebut, Jumat (23/9/2011) di Kantor Pusat Kemdiknas, Jakarta.
Fasli menjaskan, dalam lokakarya ini, secara khusus akan dibicarakan mengenai evaluasi UN sebelumnya, memperbaiki organisasi, manajemen, dan mekanisme penyelenggaraan UN tahun depan.
"Ini untuk mendapatkan hasil ujian yang berkualitas, kredibel dan acceptable. Juga mampu meningkatkan kejujuran," ujar Fasli.
kompas-edu

Senin, 28 November 2011

PENILAIAN KINERJA GURU SUATU KENISCAYAAN

Achmad Yasin *)

A. LATAR BELAKANG
Adalah sebuah pertanyaan yang disampaikan oleh Prof. DR Syawal Gultom, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kemendiknas pada pengarahan Rapat Koordinasi Penjaminan Mutu Pendidikan oleh LPMP Jawa Timur yang diikuti oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota se Jawa Timur tanggal 19 Juni 2011 di Surabaya bahwa Apakah sertifikat pendidik yang diberikan kepada guru sudah mencerminkan secara kongkrit bahwa guru tersebut professional? Jawaban atas pertanyaan itu tentu perlu direnungkan oleh semua pihak terhadap sebuah penerapan regulasi yang ada saat ini terus berjalan yaitu proses pemberian sertifikat pendidik yang berdampak pada pemberian TPP pada guru.
Selanjutnya pada kesempatan pembukaan TOT Penilaian Kinerja Guru yang diikuti oleh utusan mitra program Bermutu tanggal 25 Juli 2011 di Hotel Sahid Surabaya Beliau juga mengatakan bahwa untuk mengetahui secara detil kompetensi guru dan kebutuhan apa yang mesti dikembangkan oleh guru perlu dilakukan penilaian kinerja bagi guru yang sistematis, terukur, dan akuntabel agar profesi yang dimilikinya semakin waktu semakin meningkat.
Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi dan peran penting dalam mengantarkan anak anak bangsa dengan potensi yang dimilikinya agar bangsa ini semakin waktu kondisinya semakin baik. Oleh karena itu profesi guru harus dikembangkan secara terus menerus agar kompetensinya semakin meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan global.
Untuk mengetahui apakah profesi guru itu selalu berubah dan menjaman, diperlukan penilaian kinerja yang dilakukan pada kurun waktu tertentu dengan menggunakan instrumen yang mampu menggambarkan bahwa guru tersebut telah berhasil dan atau perlu dikembangkan profesinya dalam menjalankan tugas.
Jika sepintas mendengar terhadap program Penilaian Kinerja Guru, tentu untuk sementara menimbulkan pemahaman yang beragam utamanya bagi guru yang terkena langsung terhadap kegiatan tersebut. Beberapa tanggapan yang diungkapkan, ada yang menganggap positif, tetapi juga ada yang menganggap sesuatu yang menakutkan karena akan memiliki dampak terhadap profesi yang sudah ditekuninya sejak lama
Tulisan ini disusun untuk memberikan gambaran dan pencerahan agar pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru yang akan dilakukan dapat ditanggapi secara positif untuk kepentingan kemajuan pendidikan dan mutu pendidikan kita
B. FOKUS PEMBAHASAN
Istilah penilaian identik dengan pengukuran. Dalam sebuah sistem kinerja, penilaian merupakan suatu kegiatan yang mesti dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah kegiatan yang didasarkan pada tugas pokok dan fungsinya sudah dapat mencapai sasaran sesuai dengan target yang telah disusun. Sedemikian juga dalam sistem penilaian kinerja guru, apakah kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan tugas pokok melaksanakan pembelajaran sudah dapat dilakukan dengan baik dengan capaian tujuan yang jelas. Hal inilah yang akan dibahas dalam rangka menerapkan regulasi baru khususnya tentang penilaian kinerja bagi guru.
Dalam rangka untuk memberikan gambaran tentang proses dan tujuan akhir dari Penilaian Kinerja Guru, maka perlu disampaikan hal hal sebagai berikut :
1. Secara definitif Penilaian Kinerja Guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya ( PERMENEGPAN&RB Nomor 16 tahun 2009 ). Sedangkan obyek yang akan dinilai adalah pelaksanaan tugas utama guru yang dihubungkan dengan kemampuan seorang guru dalam penguasaan pengetahuan, ketrampilan sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007.
2. Fungsi Utama Penilaian Kinerja Guru :
1. Untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan kompetensi dan ketrampilan dalam proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang diberikan oleh sekolah.
2. Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran, pembimbingan atau pelaksanaan tugas lain yang relevan
3. Mengapa Penilaian Kinerja Guru ( PKG )
Jabatan guru adalah jabatan keahlian yang dalam pelaksanaan tugasnya adalah peran yang tak tergantikan. Oleh karena itu kondisi profesi dan kompetensinya harus berada pada kondisi mutakhir dan mampu mencapai tujuan pada setiap aktifitasnya sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan masyarakat. Disamping itu guru profesional dan telah menerima penghasilan tambahan berupa tunjangan profesi dituntut untuk mampu mengembangkan profesinya secara mandiri dan atau bersama sama sebagai upaya peningkatan kompetensinya.
4. Kapan dilakukan PKG
Penilaian Kinerja Guru dilakukan sekurang-kurangnya 2 ( dua ) kali dalam satu tahun yaitu pada awal dan akhir tahun pelajaran dengan jenis penilaian sebagai berikut :
a. Penilaian Kinerja Guru Formatif yaitu penilaian yang dilakukan dalam rangka menyusun profile kinerja guru dan harus dilaksanakan dalam kurun waktu 6 ( enam ) minggu di awal tahun pelajaran. Bersamaan dengan terwujudnya profile kinerja guru, maka guru juga menyusun hasil evaluasi diri yang dilakukan secara mandiri oleh guru yang bersangkutan. Dengan demikian penilaian kinerja guru formatif mempunyai tujuan untuk melakukan pemetaan terhadap potensi dan pemetaan kebutuhan guru dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Hasil PKG Formatif akan dijadikan bahan untuk menyusun kebutuhan apa yang diperlukan oleh guru tersebut dalam rangka peningkatan profesinya. Disamping itu hasil analisa potensi dan kebutuhan tersebut akan dijadikan bahan untuk menyusun Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ( PKB ) sesuai dengan keperluannya.
b. Penilaian Kinerja Guru Sumatif yaitu penilaian kinerja yang digunakan untuk mengetahui adakah peningkatan kompetensi yang dimiliki guru setelah melakukan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan yang tertuang pada hasil penilaian kiner guru formatif dan untuk mengetahui apakah kompetensi guru mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil penilaian kinerja guru formatif. Disamping itu penilaian kinerja guru sumatif juga digunakan untuk menetapkan perolehan angka kredit guru pada tahuan tersebut.
5. Prosedur pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru
a. Tahap persiapan
Pada tahap ini, hal hal yang harus dilakukan oleh penilai kinerja guru adalah :
1. Memahami pedoman PK Guru, terutama tentang sistem yang akan digunakan dalam rangka penyusunan program pembinaan dan pengembangan profesi guru;
2. Memahami pernyataan kompetensi guru yang telah dijabarkan dalam bentuk indikator kinerja;
3. Memahami penggunaan instrumen PK Guru dan tata cara penilaian yang akan dilakukan; dan
4. Memberitahukan rencana PK Guru kepada guru yang akan dinilai
b. Tahap Pelaksanaan
1. Sebelum kegiatan pengamatan, seorang penilai mengadakan pertemuan awal dengan guru yang akan dinilai dan diusahakan tanpa ada orang ketiga. Pada pertemuan ini penilai mengumpulkan dokumen pendukung dan melakukan diskusi tentang berbagai hal terhadap berbagai hal yang tidak mungkin dilakukan saat pengamatan
2. Selanjutnya selama pengamatan di kelas dan atau di luar kelas, penilai wajib mencatat semua kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Dalam konteks ini penilaian kinerja menggunakan instrumen yang sesuai untuk masing masing penilaian kinerja. Pengamatan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di kelas selama proses tatap muka tanpa mengganggu proses pembelajaran dan penilai mencacat semua kegiatan selama proses pembelajaran
3. Setelah pegamatan, penilai dapat mengklarifikasi beberapa aspek tertentu yang masih meragukan untuk mendukung kesimpulan akhir dari proses penilaian
c. Tahap Pemberian Nilai
Pada tahap ini penilai menetapkan nilai untuk setiap kompetensi dengan skala nilai 1,2,3 atau 4. Sebelum pemberian nilai tersebut, penilai terlebih dulu memberikan skor 0,1, atau 2 pada masing masing indikator untuk setiap kompetensi. Pemberian skor ini harus didasarkan pada catatan hasil pengamatan dan pemantauan serta bukti bukti yang ada pada dokumen yang dimiliki dan dikumpulkan selama proses PK Guru dengan menggunakan instrumen yang ditetapkan
d. Tahap Pelaporan
Setelah nilai PK Guru Formatif dan Sumatif diperoleh, penilai wajib melaporkan hasil PK guru kepada pihak yang berwenang untuk menindaklanjuti hasil PK Guru tersebut. Hasil PK Guru Formatif dilaporkan kepada Kepala Sekolah sebagai masukan untuk merencanakan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ( PKB ) pada tahun berjalan. Sedangkan hasil PK Guru Sumatif juga dilaporkan kepada Kepala Sekolah dan selanjutnya kepala Sekolah menindaklanjuti laporan PK Guru kepada tim penilai angka kredit sesuai dengan kewenangannya, dan tim penilai angka kredit akan mengusulkan perolehan nilai angka kredit bagi guru tersebut untuk ditetapkan oleh yang berwenang.
5. Hasil nilai PK Guru harus dikonversikan ke nilai angka kredit didasarkan pada PERMENEGPAN&RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang akan digunakan untuk menetapkan sebutan hasil PK Guru dan prosentasi perolehan angka kredit sesuai pangkat dan jabatan fungsional guru.
6. Penilaian Kinerja Guru berdasarkan regulasi yang ada akan dilakukan oleh Kepala Sekolah dimana guru tersebut bertugas dan oleh Pengawas Sekolah khusus bagi Kepala Sekolah. Persoalannya adalah diperlukan kesiapan pengetahuan dan ketrampilan yang secara teknis sangat mendukung kesiapan pelaksanaan dari PK Guru tersebut. Oleh karena itu pemahaman Proses Kinerja Guru ini harus diawali dengan proses sosialisasi baik yang berhubungan dengan maksud dan tujuan hingga tahapan pelaksanaan dari PK Guru itu sendiri.
Dari uraian diatas, lembaga sekolah, guru dapatnya mempersiapkan diri untuk menghadapi penerapan regulasi yang secara logis merupakan keniscayaan untuk mengukur tingkat kekurangan, kelemahan dan kelebihan agar sistem kinerja yang dilakukan guru semakin semakin waktu semakin meningkat.
C. PENUTUP
Sebelum mengakhiri tulisan ini, jika judul diatas dihubungkan dengan isi, maksudnya adalah bahwa setiap pelaksanaan tugas perlu diukur melalui mekanisme sistem pengukuran yang jelas.
Adalah sebuah keniscayaan jika untuk mengetahui keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugas memerlukan evaluasi dan pengukuran yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari apa yang telah dilakukan.
Penilaian Kinerja Guru adalah sistem untuk mengukur apakah tugas utama yang dilakukan oleh guru tersebut sudah mampu menggambarkan tingkat keberhasilan dari guru tersebut. Disamping itu PK Guru juga bertujuan untuk meningkatkan kapasitas profesional guru agar semakin waktu semakin meningkat dan juga dalam rangka memberikan peningkatan karir dan jabatan guru yang, terukur, sesuai dengan tujuan yang harus dicapai.
Oleh karena itu diperlukan kesiapan yang baik agar dalam penerapan PK Guru dapat mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan
Mudah Mudahan tulisan sederhana ini bermanfaat bagi kita semua
*) Penulis adalah Kepala Seksi pendidikan SD/SDLB Dinas Pendidikan Kabupaten Jember

Rabu, 23 November 2011

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB): Peluang Peningkatan Karir Guru

Peraturan Menteri Negara Pedayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permennegpan dan RB) Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, tinggal 14 bulan lebih 7 hari lagi akan diberlakukan secara efektif. Mulai tahun 2011 ini, pelaksanaan regulasi baru tersebut sedang gencar-gencarnya disosialisasikan, terutama di tingkat daerah. Tulisan ini dimaksudkan juga menjadi salah satu bentuk sosialisasi, sebagai salah satu wujud tanggungjawab penulis yang telah diberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan menyangkut hal tersebut. Sehingga kita dapat menempatkan sudut pandang pada posisi yang objektif dan realistis.
Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru) yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendiidkan Nasional (2010), diungkapkan bahwa “Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa ……. Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa masa depan masyarakat, bangsa dan negara, sebagian besar ditentukan oleh guru. Oleh sebab itu, profesi guru perlu dikembangkan secara terus menerus dan proporsional menurut jabatan fungsional guru”.
Berangkat dari kerangka berpikir tersebut, berarti guru harus mengembangkan profesinya secara terus menerus supaya bisa melaksanakan tugas tugas, fungsi, dan perannya secara profesional. Strategi dan metode baru yang bisa dikembangkan dalam profesi guru, bisa diperoleh sejalan dengan pengembangan profesi guru secara terus menerus. Pengembangan semacam itu menjadi sangat strategis mengingat tuntutan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, yang menjelaskan bahwa “Guru wajib memiliki Kualifikasi Akademik, kompetensi, Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi Guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”. Dalam kompetensi kepribadian, salah satunya menyangkut tentang “(m) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan”. Pengembangan profesi guru menjadi sangat penting artinya, sebagai mana tercermin dari apa yang diungkapkan oleh Saud (2009) bahwa :
Untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka profesionalisasi guru (pendidik) merupakan suatu keharusan, terlebih lagi apabila kita melihat kondisi objektif saat ini berkaitan dengan berbagai hal yang ditemui dalam melaksanakan pendidikan, yaitu : (1) perkembangan Iptek, (2) persaingan global bagi lulusan pendidikan, (3) otonomi daerah, dan (4) implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Dengan demikian menjadi jelas bahwa pengembangan kemamuan guru dalam melaksanaan tugas, fungsi dan peranannya, merupakan suatu kebutuhan yang harus diterima dan dilaksanakan. Hal ini harus di maknai sebagai konsekwensi dari profesi yang menuntut harus dilaksanakan secara profesional. Kebutuhan itu, menjadi semakin terasa apabila kita menyadari keterbatasan yang ada pada diri sebagai manusia. Pengakuan diri ini diperlukan, mengingat manusia bukan mahluk yang serba bisa, dan membutuhkan pengalaman atau pengetahuan yang baru untuk dapat menjadi lebih bisa, bukan untuk menjadi sempurna. Hal ini akan menjadi lebih jelas lagi kalau kita mengkaji pengertian utuh dari Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), yang terdapat dalam buku Pedoman Pengelolaan PKB yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional (2011), bahwa :
PKB adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan bagi guru yang merupakan kendaraan utama dalam upaya membawa perubahan yang diinginkan berkaitan dengan keberhasilan siswa. Dengan demikian semua siswa diharapkan dapat mempunyai pengetahuan lebih, mempunyai keterampilan lebih baik, dan menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang materi ajar serta mampu memperlihatkan apa yang mereka ketahui dan mampu melakukannya. PKB mencakup berbagai cara dan/atau pendekatan dimana guru secara berkesinambungan belajar setelah memperoleh pendidikan dan/atau pelatihan awal sebagai guru. PKB mendorong guru untuk memelihara dan meningkatkan standar mereka secara keseluruhan mencakup bidang-bidang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai profesi. Dengan demikian, guru dapat memelihara, meningkatkan dan memperluas pengetahuan dan keterampilannya serta membangun kualitas pribadi yang dibutuhkan di dalam kehidupan profesionalnya.
Tantangan profesi guru dari waktu ke waktu terus bergerak secara dinamis. Untuk mampu menghadapi dan menjawab tantangan masa depan tersebut, guru harus mampu menyesuaikan diri. Penyesuaian diti itu, bisa dilakukan dengan melaksanakan program PKB secara konsisten dan berkesinambungan. Apabila tidak, guru tidak akan mampu memelihara pengetahuan dan kompetensi lainnya untuk dapat menunjang pelaksanaan tugas, fungsi dan peranan secara profesional. Dengan sendirinya, guru seperti itu akan tergilas oleh perubahan zaman. Itulah sebabnya dalam buku Pedoman Pengelolaan PKB yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional (2011), disebutkan bahwa program PKB “diarahkan untuk dapat memperkecil jarak antara pengetahuan, keterampilan, kompetensi sosial dan kepribadian yang mereka miliki sekarang dengan apa yang menjadi tuntutan ke depan berkaitan dengan profesinya itu”. Lebih lanjut dalam buku yang sama, dijelaskan sebagai berikut :
Kegiatan PKB ini dikembangkan atas dasar profil kinerja guru sebagai perwujudan hasil PK Guru yang didukung dengan hasil evaluasi diri. Bagi guru-guru yang hasil penilaian kinerjanya masih berada di bawah standar kompetensi atau dengan kata lain berkinerja rendah, diwajibkan mengikuti program PKB yang diorientasikan untuk mencapai standar kompetensi tersebut. Sementara bagi guru-guru yang telah mencapai standar kompetensi, kegiatan PKB-nya diarahkan kepada peningkatan keprofesian agar dapat memenuhi tuntutan ke depan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya, sesuai dengan kebutuhan sekolah dalam rangka memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas kepada peserta didik.
………..PKB diakui sebagai salah satu unsur utama selain kegiatan pembelajaran/ pembimbingan dan tugas tambahan lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang diberikan angka kredit untuk pengembangan karir guru khususnya dalam kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru. Harapannya melalui kegiatan PKB akan terwujud guru yang profesional yang bukan hanya sekedar memiliki ilmu pengetahuan yang kuat, tuntas dan tidak setengah-setengah, tetapi tidak kalah pentingnya juga memiliki kepribadian yang matang, kuat dan seimbang. Dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat, tuntas dan tidak setengah-setengah serta kepemilikan kepribadian yang prima, maka diharapkan guru terampil membangkitkan minat peserta didik kepada ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penyajian layanan pendidikan yang bermutu. Mereka mampu membantu dan membimbing peserta didik untuk berkembang dan mengarungi dunia ilmu pengetahuan dan teknologi yang secara cepat berubah sebagai ciri dari masyarakat abad 21.
Berdasarkan uraian di atas, PKB memiliki arah dan tujuan yang jelas. Tidak saja untuk memenuhi hasrat guru dalam rangka meningkatkan karir serta pengembangan kompetensinya yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman, tetapi juga dapat membantu peserta didik untuk memahami dan mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman, strategi dan metode baru yang dimiliki oleh gurunya. Dengan begitu, terjadi peningkatan kualitas layanan pendidikan di sekolah.madrasah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Melalui program PKB dapat memotivasi guru untuk tetap memiliki komitmen melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai tenaga profesional. Oleh karena itu, guru menjadi hormat dan bangga dalam menyandang profesinya, dan dapat mengangkat citra, harkat dan martabat profesi keguruannya.
Adapun komponen PKB yang bisa diikuti oleh guru, sebagai mana tertuang dalam buku Pedoman Pengelolaan PKB (2011), secara singkat mencakup :
1. Pengembangan diri, yang meliputi : a) mengikuti diklat fungsional; dan b) melaksanakan kegiatan kolektif guru.
2. Publikasi ilmiah, yang meliputi : a) membuat publikasi ilmiah atas hasil penelitian; dan b) membuat publikasi buku.
3. Karya inovatif, yang meliputi : a) menemukan teknologi tetap guna; b) menemukan/menciptakan karya seni; c) membuat/memodifikasi alat pelajaran; dan d) mengikuti pengembangan penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya.
Pilihan program PKB yang akan diikuti sangat tergantung dari hasil PK Guru. Jenis program PKB yang dilaksanakan dan dikembangkan, pada akhirnya bermuara pada peningkatan jenjang karir guru. Oleh karena itu, guru harus mampu memahami dan melaksanakan kesempatan (peluang) ini secara objektif dan realistis untuk meuju kederajad guru yang profesional. Dibutuhkan pengorbanan untuk itu, mengingat pengembangan keprofesian secara berkelanjutan merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar, wajib dan menjadi kebutuhan dalam profesi keguruan. Dengan demikian guru yang profesional akan terampil membangkitkan minat peserta didik kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki integritas yang tangguh untuk mampu berkompetitif dewasa ini dan di di masa depan. Oleh karena itu, akan lahir generasi-generasi penerus bangsa yang hadal. Semoga hal ini akan dapat terwujud demi dan untuk semua, bangsa dan Negara. Mudah-mudahan dalam waktu yang lain, penulis dapat menyajikan bagian-bagian lain yang merupakan kelanjutan dari materi PKB ini.
DAFTAR PUSTAKA
Saud, Udin Saefudin, (2009), Pengembangan Profesi Guru, Penerbit : CV. Alfabeta, Bandung.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negera RI Tahun 2008 Nomor 194).
Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru), Kemendiknas Derektorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Jakarta 2010.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Kemendiknas, Jakarta 2010.
Pedoman Pengelolaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) (Buku 1), Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kemendiknas, Jakarta 2011.
Pedoman Pengelolaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) (Buku 4), Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kemendiknas, Jakarta 2011.
Pedoman Pengelolaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) (Buku 5), Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kemendiknas, Jakarta 2011.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kemendiknas, Jakarta 2011.
Jerowaru Lombok Timur, 24 Oktober 2011

Senin, 21 November 2011

Kemdiknas laksanakan penilaian kinerja guru tahun depan


Jumat, 23 September 2011 23:36 WIB | 4584 Views
(Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pendidikan Nasional mulai tahun 2012 akan melakukan penilaian kinerja guru sebagai upaya mendapatkan guru-guru berkualitas dan berprestasi yang layak memperoleh penghargaan dalam bentuk sertifikasi dan tunjangan satu kali gaji.

"Program sertifikasi sudah dimulai sejak 2005 dan selama ini guru yang lolos proses sertifikasi melalui penilaian porto folio mendapat tunjangan satu kali gaji pokok, namun kenyataannya sertifikasi tersebut tidak memberikan dampak signifikan terhadap kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar," kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMP dan PMP) Kemdiknas Syawal Gultom, di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan hasil penelitian yang dilakukan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), pascaprogram pemberian sertifikasi guru melalui penilaian porto folio sejak tahun 2005 lalu tidak memberi dampak besar terhadap perubahan kultur di sekolah menjadi lebih baik, kinerja guru dalam mengajar di kelas, dan peningkatan kemampuan siswa.

Padahal, ujarnya, biaya yang sudah dikeluarkan pemerintah sangat besar untuk membayar tunjangan sebanyak 734.000 guru yang telah memiliki sertifikasi profesi dari total sebanyak 2,7 juta guru lebih di Indonesia. Tahun 2012 pemerintah telah menyiapkan lebih dari Rp30 triliun untuk membayar tunjangan profesi guru.

Oleh karena itu, Kemdiknas mencari cara supaya guru bisa mengubah kinerja pasca sertifikasi dan mulai tahun depan pihaknya akan merancang peraturan menteri (permen) yang akan mengukur standar kompetensi guru.

Pendataan dilakukan secara online dimana data dikirim berjenjang dari sekolah, dinas kabupaten/kota, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) hingga ke Kemdiknas. "Akan diketahui, berapa bulan atau tahun tunjangannya ditunda," katanya.

Dari data dalam jaringan (online) tersebut guru dapat melihat apakah dirinya sudah memenuhi kriteria sertifikasi atau tidak. Melalui sistem komputerisasi yang ada, jelasnya, para guru itu juga akan dievalusi kinerjanya. Ada empat indikator evaluasi yakni kepribadian, pedagogi (pemahaman ilmu yang diajarkan), sosial dan keprofesionalitasan guru. nantinya, standar kriteria sama secara nasional namun skor dimasing-masing daerah berbeda.

Penilaian juga akan dilakukan kepala sekolah dan guru senior di sekolah masing-masing. Keduanya juga akan didampingi oleh 332.000 asesor yang anggotanya terdiri dari anggota LPMP, pengawas sekolah, kepsek, guru berprestasi dan asosiasi profesi. "Guru yang menjadi pengawas bisa didapat dari guru menurut lamanya dia mengajar, berprestasi, kepangkatan ataupun karya dan penghargaan apa yang sudah diraih," katanya.

Lebih lanjut Syawal mengatakan sebagai implikasi dari program penilaian kinerja pada tahun 2012, maka berimplikasi pada rencana penundaan pembayaran tunjangan guru yang kinerjanya tidak sesuai kompetensi.

Syawal mengatakan penundaan pembayaran tunjangan profesi ini pastinya akan menuai gejolak. "Namun kepada siapapun yang menolak, Kemdiknas akan membalikkan pandangan mereka dimana dulu mereka setuju status guru sebagai profesi dengan standar gaji yang baik namun dibalik kelebihan itu ada standar kompetensi yang harus dicapai".

Sosialisasi mengenai hal ini sudah dilakukan sejak diterbitkannya Permenag PAN dan RB no 16/2009 tentang Penilaian Kinerja Guru. Sambil berjalan sosialisasi, ujarnya Kemdiknas juga akan menyiapkan modul agar kompetensi mereka dapat mencapai indeks nilai yang disyaratkan.
(Z003/Z002)
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © 2011

Kamis, 23 Desember 2010

UJIAN NASIONAL 2011

Tahun 2011, Nilai Rapor Bisa Jadi Tiket Lulus Ujian

foto 
Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh. TEMPO/Yosep Arkian
TEMPO Interaktif, Jombang -  Menteri Pendidikan Nasional, Muhammad Nuh mengatakan, Sistem Ujian Akhir Nasional yang baru akan memperhitungkan nilai rapor kelas di bawahnya. " Kalau sebelumnya Ujian Nasional jadi satu-satunya syarat kelulusan, tahun depan tidak. Hasil ujian kelas juga dipakai mengukur kelulusan" kata Muhammad Nuh di Jombang, Selasa 7 Desember 2010.
Mendiknas mengingatkan, falsafah ujian nasional ke depan adalah komprehensif plus dan prinsip kontinuitas. Komprehensif menentukan kelulusan siswa. Adapun Departemen Pendidikan akan merangkul seluruh kompetensi dan prestasi siswa yang diajarkan disekolah; afektif, kognitif, dan psikomotorik mulai kelas satu hingga tiga, untuk tingkat SMP dan SMA.
" Adapun kontinyuitas berarti memperhatikan hasil  ujian dari jenjang  di bawahnya, karena jenjang itu saling berkaitan" ujarnya.

Karena itu, menurut Mendiknas, Diknas akan meredesain ulang Ujian Nasional tahun depan. Jika sebelumnya  hanya mata pelajaran yang diujikan di Ujian Nasional yang jadi prasyarat kelulusan, maka dalam sistem yang baru itu  diusulkan seluruh mata pelajaran juga turut jadi pertimbangan.  Draft sistem baru ujian itu  akan diajukan ke DPR, sebelum 13 Desember.
Mendiknas mencontohkan, dalam menentukan kelulusan siswa, rata-rata  sekolah yang statusnya akreditasi A, B, hingga C memberi nilai 7 dan 8 kepada siswanya. Tidak pernah ada sekolah yang memberi nilai 5 dan 6.”Kalau seperti itu, bagaimana cara membedakan siswa baik dan tidak, susah,” terangnya.

Karena itu, dalam penentuan kelulusan, Diknas akan menggabungkan antara prestasi selama siswa studi dengan  mata pelajaran yang diujikan di Ujian Nasional. Prestasi siswa dan hasil UNAS akan digabung, kemudian masing-masing diberi bobot nilai.

Prosentase nilai dari masing-masing dua intrumen itulah yang akan dijadikan tolak ukur kelulusan. Sekolah nanti juga akan dilibatkan dengan cara koordinasi mengenai penilaian siswa.
MUHAMMAD TAUFIK

Senin, 20 Desember 2010

ANALISIS KRITIS ARTIKEL KE 2

Oleh
Yuli Susanti, S.Pd
1. Ahira, Anne. 2008. Motivasi Belajar. http//www.asianbrain.com. Diakses tanggal 20 Okt ober  200
2. Tujuan Penulisan.
Menjelaskan faktor-faktor yang menimbulkan perbedaan motivasi belajar seseorang &
    Tips untuk meningkatkan motivasi belajar
3.  Fakta-fakta Unik
     a. Faktor-faktor mengapa terjadi perbedaan motivasi seseorang :

Perbedaan motivasi

Contoh
FisiologisHaus, lapar
Rasa amanMental, fisik, intelektual
Kasih sayangPerhatian, kepedulian
Harga diriPrestise, jabatan, kedudukan
AktualisasiPengembangan potensi, kemampuan

     b. Tips untuk meningkatkan motivasi

Tips-tips

Ulasan / Uraian
Bergaul dengan orang yang senang belajarSemangat dan kebiasaan mereka akan menular pada kita
Belajar apapun yang positifBelajar formal dan informal
Belajar dari internetBergaul dengan orang yang suka belajar
Bergaul dengan orang yang selalu optimisKita akan tertular semangat, gairah dan rasa optimis jika sering bersosialisasi dengan orang-orang tersebut
Cari motivatorTeman, pacar atau pasangan hidup

4.  Pertanyaan-pertanyaan yang dapat dimunculkan
a. Faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan perbedaan motivasi belajar setiap
   orang ?
b.Tips-tips apa sajakah yang dapat meningkatkan motivasi belajar ?
5.  Konsep utama     : Memahami    perbedaan   motivasi  setiap  orang dan tips-tips untuk
    meningkatkan motivasi belajar
6.  Refleksi    : Saya   ingin   menyampaikan   kepada   siswa  tips-tips untuk meningkatkan
    motivasi belajar

Selasa, 14 Desember 2010

ANALISIS KRITIS ARTIKEL KE -1

Oleh :
Yuli Susanti, S.Pd
1. Pakde Sofa, 21 Juni 2008, Pendekatan Discovery, Inquiry, dan STS dalam pembelajaran
Fisika. hhtp:pkab.wordpress.com.Diakses pada tanggal5 Nopember 2009
2. Tujuan Penelitian
Memperkenalkan macam-macam pendekatan dalam pembelajaran Fisika.
3. Fakta-fakta Unik.
a. Konsep Belajar
Bruner
Cara-cara bagaimana manusia memilih, memperkenalkan, mentransformasikan informasi secara aktif
Robert Gagne
Membagi tipe belajar ke dalam 8 jenis, yaitu problem solving, rule learning,concept learning, diskrimination learning, verbal learning, chaining, stimulus response learning dan signal learning
Piaget
Kemampuan anak menyesuaikan diri terhadap lingkungan, kemampuan anak mengubah untuk memenuhi apa yang ia imajinasikan
b. Pembelajaran Fisika
Praktek
Percobaan yang ditsmpilksn guru dan atau siswa dalam bentuk demonstrasi maupun percobaan dalam laboratorium
c. Macam-macam pendekatan
Ketrampilan proses
Dimulai dari observasi sampai meramal (ketrampilan dasar sains) dan dari identifikasi variabel sampai dengan yang paling kompleks (ketrampilan terpadu proses sains)
Discovery
Memerlukan proses mental, seperti mengamati, mengukur, menggolongkan, menduga, menjelaskan, mengambil kesimpulan
Inquiry
Siswa merumuskan masalah, mendesain eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data sampai mengambil keputusan sendiri
STS
Menekankan pada pemahaman terhadap konsep, melibatkan pemahaman siswa terhadap hasil produk teknologi yang terkait dan menfaatnya terhadap masyarakat
4. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat dimunculkan
a. Bagaimana menerapkan pendekatan discovery, Inquiry dan STS dalam pembelajran
fisika ?
b. Bagaimana membuat perangkat pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
Discovery, Inquiry dan STS dalam pembelajaran fisika ?
5. Konsep utama : Pendekatan Discovery, Inquiry dan STS dalam pembelajaran fisika
6. Refleksi : Saya ingin menerapkan proses pendekatan discovery, inquiry dan STS dalam
pembelajaran fisika di SMPN 1 kebonpedes

Case Study

Oleh
Drs. TATANG
MGMP IPA GUGUS SUKARAJA KAB. SUKABUMI

Kamis   21    Oktober 2010
Tidak seperti hari – hari biasanya saya berangkat kesekalah lebih pagi, karena saya sudah janji pada anak anak kela 7d, 7e dan 7c bahwa pada hari ini, kamis, 21  Oktober 2010 akan mempraktekan tentang indicator asam basa secara alami, untuk itu perlu ada  persiapan alat-alat lab yang akan digunakan dalam praktek. Pukul 06.30 saya sudah berada disekolah belum banyak anak – anak dan guru, saya langsung menuju LAB IPA dan mempersiapkan 10 buah plat tetes, 10 mortal dan alu, pipet tetes dan larutan asam cuka serta larutan basa ( KOH ).
Karena pelajaran kimia pada SMP Kelas 7 merupakan hal yang baru, saya pun sebelunya tidak mengajar kimia, maka saya ingin mempraktekannya terlebih dahulu, untuk ini saya ambil bunga sepatu dan daun pandan di kebun sekolah lalu saya gerus dan ditambahkan air dengan pipet tetes saya ambil dan diteteskan pada plat tetes sebanyak dua tempat, lalu diberi nama A dan B, yang A berwarna merah  saya tetesi dengan asam cuka berubah warnanya menjadi ping, yang B berwarna merah saya tetesi dengan basa ( KOH ) tidak berubah warnanya.  Lalu saya ulangi dengan daunpandan dengan terlebih dahulu mencuci alat dengan bersih, Extrak daun pandan yang A  berwarna hijau saya tetesi dengan asam cuka tidak berubah warnanya , Extrak B berwarna hijau aya tetesi dengan basa ( KOH ) berubah warnanya menjadi putih susu.
07.30 bel berbunyi saya yang sedang asik dengan alat-alat LAB tersadar kalau anak-anak sudah berada didepan LAB, karena minggu yang lalu saya sudah janji bahwa pada hari ini belajar dilab, lalu saya menghampiri mereka dan mempersilahkan masuk dengan tertib, setelah ber doa dan mengucap salam, saya memulai dengan absen, menanyakan yang tidak hadir, lalu saya sampaikan bahwa hari ini kita akan mencoba mempraktekkan bunga dan daun apa saja yang dapat digunakan sebagai indicator asam basa secara alami yang telah kita pelajari minggu yang lalu.
Silahkan anak anak duduk perkelompok setiap kelompok 4, 5 orang dan duduk ber hadapan  pembentukan kelompok tidak lama karena sudah dibentuk minggu yangblalu, sekarang keluarkan tugas yang diberikan minggu yang lalu beberapa siswa mengeluarkan plasti kresek yang didalamnya ada bunga tetapi banyak kelompok yang kebingungan, dari 9 kelompok hanya tiga kelompok yang membawa bunga berwarna, yang lainnya hanya membawa daun anak-anak kenapa kalian tidak memebawa bunga, susah pak kata anak-anak, anak anak dikebun sekolah ada beberapa bunga, tetapi apabila semua kelas mengambil di kebun sekolah maka bunga di sekolah akan habis, untuk itu bapak tugaskan kalian untuk membawanya dadi rumah, tetapi untuk kali ini silahkan yang belum bawa bunga memetik di kebun sekolah dengan perwakilan satu orang, dari setiap kelompok ada yang berlari menuju kebun sekolah untuk ketua kelompok silahkan menuju ke meja guru dan berbaris lalu saya sampaikan pada mereka bagai mana mempraktekan membuat extrak bunga dan daun sebagaimana yang saya praktekan tadi pagi, mengerti anak-anak, ya  pak jawab anak-anak, silahkan hai ini praktekan lagi bersama teman-teman dikelompokmu lalu cfatat hasilnya pada table yang sudah disediakan jangan lupa cuci bersih alat mortal dan alu apabila akan mengganti bunga atau daun yang kalian gerus juga pipet tetes yang digunakan untuk mengambil asam dan basa jangan sampai tertukar atau tercampur. Dan ini alat alat yang diperlukan setiap kelompok satu perangkat.
Anak yang ber tugas mengambil bunga sudah kembali, lalu mereka sibuk  sepertinya mereka penasaran ingin tau apa yang akan terjadi dengan bunga dan daun  setelah digerus dan di tetesi asam dan basa.
Ketua kelompok 1 menghampiri saya lalu bertanya pak bunganya hanya ada tiga macampak, ya bolehlah minimal tiga macam lalu ada yang teriak dari kelompok  6 pak si andi mencampur larutan bunga sepatu dengan larutan daun pandan,  wah kalau itu tidak boleh harus di buang lalu cuci bersih dan ulangi.
Satu jam telah berlalu, anak-anak bagaimana sudah selesai?, sudah pak  ! mari kita presentasikan setiap kelompok yang  di  panggil silahkan kedepan.
No
Nama Bunga/Daun
Warna asal
Perubahan setelah ditetesi
Asam
Basa
1
Bunga Sepatu
Merah


2
Bunga Mawar
Pink


3
Daun kastuba
Merah


4
Daun Pandan
Hijau


5
Daun Nangsi
Ungu


6
Bunga Euphorbia
Merah


7
Daun Jawer Kotok
Kemerahan


8
Baugenvill/Kembang kertas
Kekuningan


9
Bunga Markisa
Ungu




,

Kajian Kritis

Oleh : Dikdik Krisnadi, S.Pd

1. JUDUL : STAD Untuk Pembelajaran IPA.
2. Penulis : Perdi Karuru http//www.wordpress.com. Diakses pada tanggal 16 Januari 2009.11 Januari 2007.
3. Rangkuman:
Mengembangkan Perangkat Pembelajaran IPA Fisika di SLTP yang Berorientasi Keterampilan Proses dalam Setting Pembelajaran kooperoatif Tipe STAD.
a. Permasalahan
Siswa : Nilai EBTANAS murni tahun ajaran 1999/2000 rendah, diduga tidak mendapatkan pembelajaran IPA yang sesuai.

Guru : Sebagian guru IPA yang pernah ikut PKG kembali lagi ke metode konvensional dengan berbagai alasan, akibatnya banyak kegagalan yang dialami siswa.
Pembelajaran :  Kenyataan di lapangan proses belajar mengajar masih didominasi metode konvensional

b. Teori penunjang pemecahan masalah dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD

Thomson(1995) : Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran IPA. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Pembelajaran kooperatif dapat membuat siswa menverbalisasi gagasan-gagasan dan dapat mendorong munculnya refleksi yang mengarah pada konsep-konsep secara aktif.
Slavin(1995) :  Pada pembelajarankooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.

4. Komentar:
Keterampilan tingkat awal : Menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagai tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain, menyelesaikan tugas pada waktunya, menghormati perbeaan individu
Keterampilan tingkat menengah : Menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara dapat diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat rangkuman, menafsirkan, mengatur dan mengorganisir serta mengurangi ketegangan
Keterampilan tingkat mahir : Mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan dan berkompromi.
Metode penelitian menggunakan metode eksperimen, terdapat kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran digunakan rancangan penelitian tindakan yaitu rencana observasi-refleksi.
Konsep utama: memahami perangkat pembelajaran IPA fisika yang berorientasi keterampilan proses dalam seting pembelajaran kooperatif tipe STAD.
5. Refleksi : Saya ingin menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pelaksanaan PTK di SMP . Tulisan ini menjadi salah satu rujukan kami saya melaksanakan PTK.
Pemanfaatan hasil kajian :
1. Guru mampu mengelola pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam seting pembelajaran kooperatif tipe STAD dan mengoperasikan perangkat pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan, serta membuat siswa antusias dalam mengikuti pelajaran.
2. Hasil belajar siswa yang diajar pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam seting pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada siswa yang diajar tidak menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD

Senin, 06 Desember 2010

Case Study

PEMBELAJARAN IPA DI KELAS 9
VIRTUAL EKSPERIMEN PADA KONSEP LISTRIK DINAMIS
OLEH : Mr. Yandi Oktian F

Image belajar IPA identik dengan kegiatan praktikum, karena IPA dikembangkan melalui metodologi ilmiah. Ketercapaian siswa pada konsep IPA sangat bergantung pada proses bagaimana dia belajar, sehingga dengan kata lain Siswa akan terhantar pada konsep IPA dengan benar bila melalui proses-proses IPA yang benar yaitu keterampilan proses sains (Prof. DR. Ratna Wilis Dahar).
Pada tanggal 22 September 2010 saya mengajar di kelas 9C jam ke 1-2 pada konsep listrik dinamis dengan standar kompetensi memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan kompetensi dasar menganalisis percobaan listrik dinamis dalam suatu rangkaian serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada kesempatan ini saya menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBI) dengan pendekatan virtual experimen memakai media ICT(dibuat khusus untuk lingkungan sendiri yaitu SMPN 2 Nyalindung).
Sebagai langkah awal setelah dilakukan pengabsenan terhadap siswa saya menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan beberapa perangkat yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar. Kemudian siswa dibagi menjadi 8 kelompok yang terdiri atas 5 orang setiap kelompoknya. Sebelum dilakukan pembelajaran siswa diberi 4 permasalah sebagai berikut :
1.Apakah pengertian arus listrik ?
2.Bagaimana arus listrik dapat mengalir dalam rangkaian ?
3.Dari mana ke mana arus listrik mengalir ?
4.Apa saja yang termasuk sumber arus listrik ?
Selanjutnya siswa bekerja dalam kelompok melakukan eksplorasi media ICT berupa pembelajaran interaktif pada konsep listrik dinamis selama kurang lebih 30 menit. Selama kegiatan ekplorasi berlansung aktifitas setiap kelompok cukup bervariasi dengan ekspresi anggota kelompok yang bervariasi pula diantaranya ada 2 kelompok yang hampir 10 menit masih bengong, kemudian saya tanya,”kenapa belum mulai juga?”, “ga bisa pa mengoperasikannya”, jawab salah seorang siswa sambil garuk-garuk kepala tanpa berdosa (“…em…mungkin kamu ga mandi ya makanya ga bisa…heu..heu”,kata saya), selain itu ada 1 kelompok dimana tidak ada satupun siswa yang mau menjadi navigator pada kegiatan kelompoknya, akibatnya bila tidak diantisipasi ketiga kelompok ini akan lambat dan tertinggal oleh kelompok lain. Sebagai langkah antisipasi supaya tidak perjadi kemandegan dalam proses eksplorasi maka dengan terpaksa dilakukan sedikit perubahan anggota bagi ketiga kelompok tersebut secara mendadak dengan cara menukar satu anggota dengan kelompok lain dan akhirnya proses eksplorasi pun bisa berjalan. Selama proses ekplorasi saya lebih banyak memberikan petunjuk teknis atas kendala yang diihadapi siswa dalam menggunakan media terutama pada awal-awal kegiatan eksplorasi. Sedikit sekali pertanyaan yang muncul dari siswa terkait dengan materi IPA yang dipelajari dibandingkan dengan pertanyaan siswa terkait dengan cara mengoperasikan media pembelajaran berbasis ICT, entah karena siswa sudah cukup jelas dengan tayangan media atau siswa memang benar-benar belum paham sehingga tidak banyak pertanyaan yang muncul. Namun demikian selama kegiatan eksplorasi, saya tetap berada ditempat guna membantu siswa dalam mengorganisasikan temuan-temuan siswa terkait dengan peristilahan, kaidah, hukum dan persamaan matematis. Setelah melakukan ekplorasi masing-masing kelompok dilanjutkan untuk melakukan diskusi kelompok guna merumuskan dan menyusun temuan-temuan selama kegiatan eksplorasi.
Setelah melakukan diskusi kelompok, setiap kelompok mempresentasikan jawaban atas pertanyaan sebagai hasil diskusi secara lisan sambil berdiri dan membacakannya di depan teman-temannya, sementara kelompok lain mendengarkannya. Pada proses presentasi terdapat dua kelompok yang dilewat yaitu kelompok 2 dan 5 dengan alasan belum selesai, sehingga yang tampil mempresentasikan hasil diskusi hanya 6 kelompok saja.
Dari paparan presentasi yang diwakili oleh setiap juru bicara kelompok secara umum hampir 85% permasalahan dapat terjawab dengan benar. Namun demikian diantara 6 kelompok yang tampil terdapat 2 kelompok yang nyaris dapat menjawab dengan tepat keempat permasalahan di atas yaitu kelompok 1 dan 7. Sehingga pada kesempatan ini tahap konfirmasi sebagai penguatan konsep diambil berdasarkan pada hasil diskusi kelompok 1 dan 7.
Pada bagian akhir dari kegiatan ini seharusnya dilakukan kegiatan evaluasi guna mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran, namun berhubung waktu yang terpotong karena terdapat kendala teknis sehingga proses evaluasi tidak sempat dilakukan. Dan pembelajaran pun diakhiri.
Dari kasus diatas tampak bahwa terdapat beberapa permasalahan yang harus diantisipasi antara lain :
1.Pembagian kelompok siswa hendaknya didasarkan pada kemampuan siswa dalam menggunakan ICT dan 
   kemampuan berkomunikasi
2.Diperlukan lembar kerja yang lebih operasional sehingga tidak ada istilah siswa yang belum selesai   
   menjawab pertanyaan karena sedikit data yang ditulis pada tahap ekplorasi
3.Kegiatan pembelajaran berbasis ICT semestinya lebih sering dilakukan supaya tidak terjadi kendala yang 
   sifatnya non teknis akibat siswa yang gaptek.

Sabtu, 04 Desember 2010

Case Study


MATA PELAJARAN IPA
Kelangsungan Hidup Makhluk Hidup)
KELAS : IX B
(oleh2 ti gandini)


Bagaimanakah caranya agar siswa termotivasi untuk berperan aktif dalam pembelajaran ?
Pertanyaan di atas sering kali muncul pada hati saya ketika melaksanakan pembelajaran baik secara klasikal atau kelompok hanya satu atau dua orang siswa yang sering kali aktif melaksanakan/mengerjakan tugas individu maupun kelompok padahal sebagai seorang guru yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar inginnya semua siswa dapat berperan aktif untuk mengerjakan tugas baik secara individu ataupun kelompoknya.
“Kenapa kalau siswa di kelas IX B, siswanya banyak yang pasif, susah sekali kalau disuruh mengerjakan tugas ataupun maju ke depan kelas ?”
Pertanyaan di atas sering kali saya dengar dari rekan guru yang mengajar di kelas IX B, walaupun sebenarnya pertanyaan itu ada juga dalam benak saya. Jadi secara spontan sayapun mengiyakan, walau dalam hati saya agak sedikit kecewa karena kebetulan saya sebagai wali kelas IX B. Terlebih melihat hasil ulangan tengah semester khususnya IPA materi sistem organ manusia nilai rata-ratanya masih di bawah KKM. Untuk itu saya mencoba mengamati apa yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar materi kelangsungan Hidup Makhluk Hidup dengan Standar Kompetensi : 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup dan Kompetensi Dasar : 2.1 Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleski alam, dan perkembangbiakan.
Uraian singkat di bawah ini menceritakan ketika berlangsung kegiatan belajar mengajar di kelas IX B dengan standar kompetensi 2.1 Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleski alam, dan perkembangbiakan pada hari Kamis 21 Oktober 2010, pukul 07.30 mulai dilaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas IX B SMP Negeri 2 Nyalindung. Kegiatan pembelajaran saat itu menggunakan metode diskusi , tanya jawab dengan pemberian tugas perkelompok yang beranggotakan 2 orang siswa (think pair share) pada awal pembelajaran setting kelas masih seperti biasa belum merubah tempat duduk.
Pada awal pembelajaran setelah memeriksa kehadiran siswa ternyata ada 2 (dua) orang siswa yang tidak hadir yaitu : Fitria N da M. Ramdan Saputera . keduanya tidak hadir tanpa keterangan, pada saat pendahuluan saya mengajukan pertanyaan “mengapa sampai saat ini manusia masih ada di muka bumi ? sengaja saya tujukan pertanyaan itu untuk semua siswa. Sesaat siswa terdiam dan ada yang cuman saling pandang.tetapi kesunyian itu hilang setelah ada yang nyeletuk takdir , bu. Ternyata yang menjawab Rikman, dilanjutkan oleh Fikri “ berkembangbiak bu. Kemudian saya ajukan pertanyaan lagi kenapa hewan dinosaurus tidak kita temukan lagi ? secara serentak siswa menjawab : punah bu, . Saya ajukan lagi pertanyaan kenapa punah ? kali ini tak ada siswa yang menjawab.para siswa malah ada yang asik ngobrol. Untuk mengalihkan perhatian saya meminta siswa untuk mendengarkan penjelasan bahwa saat itu akan dibahas mengenai kelangsungan hidup makhluk hidup. Dan kompetensi yang harus dimiliki siswa yaitu mampu mengidentifikasi kelangsungan makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam dan perkembangbiakan. Dengan bantuan beberapa siswa buku paket yang ada di atas meja guru dibagian satu buku ke tiap meja. Siswa diarahkan untuk membuka bab kelangsungan hidup makhluk hidup halaman 53 s.d 59 dan dari buku kerja siswa halaman 24 s.d 27. semua siswa disuruh mengamati gambar-gambar dan membaca yang terdapat pada buku paket dan buku kerja, ternyata banyak siswa yang acuh tak acuh ada yang ngobrol saja, ada yang pindah tempat duduk, bahkan ada yang minta izin keluar untuk ke wc. Setelah 20 menit saya mengajukan pertanyaan “dengan cara apa makhluk hidup dapat melangsungkan kelangsungan hidupnya ? ada beberapa siswa yang menjawab secara berbarengan, agar jawabannya jelas saya minta seorang siswa untuk menjelaskan, tapi ternyata siswa terdiam, kemudian saya ingatkan kembali pada siswa untuk mencari jawabannya dari buku, dengan sedikit malu-malu Mauliyani menjawab bahwa makhluk hidup melangsungkan kehidupannya dengan cara beradaptasi dan berkembangbiak, kemudian siswa mendengar penjelasan dari saya tentang adaptasi dan macamnya, setelah selesai menjelaskan siswa diberi kesempatan untuk bertanya, ternyata tak ada satu siswapun mengajukan pertanyaan, karena suasana sedikit pasif maka saya mengajukan pertanyaan 1) apakah bedanya daun kangkung yang hidup di air dengan kangkung yang hidup di darat ? 2) adakah perbedaan antara paruh burung elang dan paruh ayam ? 3) apakah ada perbedaan antara orang yang tinggal di dataran rendah dengan orang yang tinggal di dataran tinggi bila orang yang di dataran tinggi berada di dataran rendah ?4) mengapa ikan yang hidup di laut tidak asin, padahal air lautnya asin? 5) Mengapa paus dan lumba-lumba suka muncul ke permukaan air laut ? Ternyata tak ada siswa yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu agar siswa dapat menjawab pertanyaan itu maka siswa disuruh mengerjakan tugas kegiatan 1halaman 25 dari buku kerja siswa, ternyata untuk mengerjakan tugas kegiatan 1 memerlukan waktu yang cukup lama, siswa yang sudah selesai mengerjakan disuruh membawa hasil pekerjaannya ke meja guru, dari sekian banyak siswa siswa yang berada pada barisan belakang malah ribut mereka maih acuh tak acuh dengan tugas yang diberikan, pada saat itu muncul pertanyaan di hati saya “ mengapa siswa ini tidak termotivasi untuk mengerjakan tugas ???? karena waktu tingal 10 menit lagi siswa diberi tugas untuk mengelompokkan contoh-contoh bentuk adaptasi yang termasuk adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi dan adaptasi tingkah laku utnuk dikerjakan di rumah. Sampai bell berbunyi tanda habis waktu, saya keluar dari kelas itu dengan pertanyaan-pertanyaan pembelajaran yang bagai mana?, dengan metode apa yang cocok ? setting duduk yang bagaimana?, pengelompokkan yang bagaimana? dan rencana –rencana yang muncul agar siswa di kelas IX B dapat lebih termotivasi untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

Jumat, 03 Desember 2010

Contoh studikasus4

Aku Harus Sabar Membimbing Mereka
Oleh: Soni Darma Jatnika S.Pd.
Guru SMPN 5 Sumedang


Di awal tahun pelajaran 2008/2009 saya mulai dengan tekad baru dan semangat baru, saya harus lebih baik membelajarkan mereka. Persiapan pembelajaran mulai dari SILABUS, RPP dan LKS sudah saya siapkan.
LKS yang saya persiapkan hanya membuat 2 kegiatan dan masing–masing terdiri dari 3 langkah, cukup sederhana memang.

Hari Senin, tanggal 21 Juli 2008 pukul 08.20 saya melaksanakan pembelajaran di kelas IX I yang baru pertama kali saya mengajar di kelas itu. Konsep yang saya bawakan waktu itu adalah LISTRIK STATIS, dengan Standar Kompetensi “Memahami konsep kelistrikan dan penerapan dalam kehidupan sehari–hari” dan Kompetensi Dasarnya “mendeskripsikan muatan kelistrikan untuk memahami gejala listrik statis“

Wajah anak–anak tampak tegang, mungkin di benaknya mengira seperti apa sih karakter saya itu. Saya mulai dengan pertanyaan “anak–anak apa itu listrik statis?” Anak–anak diam kemudian saya sederhanakan pertanyaannya, ketika berbicara listrik apa yang kalian bayangkan? Mulailah mereka 4 orang mengangkat tangan dan jawabannya bervariasi: Kabel, Setrum, Lampu, dan Energi. Nah kalau kita berbicara plastik, kaca, dan awan; listrik bukan? Anak–anak terdiam.

Kemudian saya melanjutkan pembelajaran, nah kerjakan LKS nya! Anak–anak saya bagi dalam 11 kelompok dengan banyaknya anggota 4 orang. Saya biarkan mereka mengerjakan LKS, saya amati kerja mereka.
Saya sangat terkejut 8 kelompok melakukan kesalahan dalam praktek, mengerjakan tanpa mengikuti prosedur yang ditetapkan (tidak membaca langkah demi langkah). Saya hampiri mereka, sudah baca LKS nya? Jawabnya, “sudah, pak!“

Silahkan diskusikan lagi dengan temanmu baca dengan teliti! Di akhir pelajaran anak mempresentasikan hasil kerjanya dan dalam menarik kesimpulan tidak terlalu sulit artinya sesuai dengan harapan indikator yang dibuat.

Ketika pelajaran sudah selesai, saya hampiri kelompok yang melakukan kesalahan dalam praktik, mengapa kalian melakukan kesalahan? Habis, Bapak tidak menjelaskan harus bagaimana kami berkerja!
Saya termenung mendengar ucapan itu? Mengapa itu terjadi? Timbul pertanyaan-pertanyaan:
1. Mengapa siswa tidak terbiasa melihat langkah–langkah pada LKS?
2. Mengapa kemampuan mengamati kurang mereka miliki untuk mengekplorasi suatu bahan ajar?
3. Atau barangkali kesalahan saya menganggap bahwa LKS ini sederhana sehingga tidak perlu saya jelaskan?

Contoh studikasus3

Keinginanku Membawa Mereka Menjadi Dirinya Sendiri
Oleh Helsy Elselia, S.Pd.
Guru SMPN 2 Tangjungsari- Sumedang

Siang itu udara terasa panas dan pelajaran akan diakhiri dengan dua jam sisa dalam arti sisa tenaga, sisa konsentrasi, bahkan mungkin sisa semangat dalam belajar. Pada kesempatan siang itu materi pelajaran yang akan disampaikan adalah sistem peredaran manusia yang mebahas bagaimana sistem transfortasi dalam tubuh manusia.

Materi sistem peredaran darah ini adalah topik yang cukup sulit dipahami oleh siswa karena banyak sekali istilah baru dan tidak adanya media yang dapat langsung diamati oleh siswa. Biasanya media yang sering digunakan adalah charta. Sistem peredaran darah terdiri atas organ jantung, pembuluh arteri, vena, dan kapiler, yang beredar dua kali mengelilingi jantung. Setelah banyak bercerita tentang hubungan organ-organ tersebut, tampak siswa mulai gerah dan lama-lama surut menjadi lebih tenang. Metode yang digunakan berupa ceramah sehingga guru yang menjadi pusat belajar dan siswa hanya tenang mendengarkan. Setelah beberpa waktu kegiatan inti berlangsung, anak-anak mulai mengantuk dan berjuang sekuatnya untuk dapat membuka mata. Terbayang dalam benak saya, anak-anak berusaha menahan kantuk dan mengikuti cerita tentang sistem peredaran darah.

Sayup-sayup suara yang saya ucapkan seolah-olah kegiatan meninabobokan anak di siang hari. Tibalah saatnya proses evaluasi tentang sejauh mana hasil ceramah saya hari ini dengan melemparkan sejumlah pertanyaan. Di luar dugaan saya ternyata tidak seorang anak pun dari 40 siswa yang mengeluarkan suara apalagi untuk menjawab pertanyaan saya.

Kesal, marah, sedih, cape, dan sia-sialah pekerjaan saya hari itu. Muncul beberapa pertanyaan: ada apa ini? Apa yang salah dan apa penyebabnya? Semua pertanyaan ini terus membahana sampai jam pelajaran berakhir. Siapa yang dapat membantu memberikan jawaban atas semua pertanyaan tersebut.

Kubayangkan lagi kegiatan pembelajaran saat itu langkah-demi langkah dari kegiatan awal sampai penutup. Ada sedikit jawaban atas permasalahan itu. Timbul pemikiran mungkin pembelajarannya membosankan, suara cenderung monoton dan siswa diam, hanya ditempatkan sebagai pendengar yang setia. Mungkin inilah jawaban penyebab permasalahan di siang itu.

Adakah cara lain yang dapat mengubah suasana belajar agar lebih aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM)? Untuk menjawab masalah itu, saya berbagi pengalaman ini dengan rekan sejawat pada kegiatan MGMP. Ada satu ide bagus yang disampaikan teman, yaitu dengan bermain peran. Akhirnya saya membuat perencanaan mengajar dengan metode bermain peran. Dalam bermain peran itu siswa menjadi bagian-bagian darah yang membawa beberapa zat berkeliling melewati wilayah trasportasi kita. Kegiatan ini dilaksanakan di luar kelas dengan menggambarkan aliran darah yang harus dilalui siswa.

Dari metode yang saya kembangkan itu membuat siswa melakukan aktivitas fisik sehingga membuat mereka tertawa, bersemangat mengikuti kegiatan, dan tidak ada yang terlihat ngantuk, bahkan mereka mampu menceritakan jalan yang mereka tempuh seperti aliran darah. Betapa bahagianya saya menemukan cara mengatasi permasalahan ini